Harga Minyak Dunia Anjlok Ancam Investasi Industri Migas

Foto ilustrasi minyak dunia
Sumber :

VIVA.co.id – DBS Group Research menyatakan bahwa kondisi sektor industri minyak dan gas bumi (migas) Indonesia masih menghadapi masa sulit dengan anjloknya harga minyak dunia. Harga minyak dunia yang rendah menyebabkan perusahaan industri migas kesulitan untuk menaikkan dana investasi.

Harga Minyak Jatuh Dipicu Harapan Kemajuan Negosiasi Rusia-Ukraina

Bahkan, Analis Ekonomi DBS Group Research, William Simadiputra, memprediksi terdapat dua faktor yang memengaruhi pemulihan sektor industri migas dalam jangka panjang, di antaranya harga minyak dan belanja modal (capex) ke perusahaan migas besar.

"Kejatuhan harga minyak yang terjadi sejak pertengahan 2014 telah memaksa perusahaan memangkas belanja modal di tengah tingginya biaya produksi," ucapnya dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA.co.id pada Jumat, 21 Oktober 2016.

Harga Minyak Dunia Sempat Tembus Rekor US$130 per Barel

Harga minyak mentah West Texas Intermediate Amerika Serikat (AS) dibuka turun US$1,17 atau 2,3 persen di US$50,43 per barel. Sedangkan, harga minyak mentah Eropa, Brent, jatuh US$1,35 atau 2,56 persen di US$51,32 per barel. 

DBS mengkaji bahwa faktor kunci yang dapat memperbaiki turunnya harga minyak mentah dunia, antara lain pertama, keberhasilan konsolidasi industri melalui proses merger dan akuisisi. Kedua, kemampuan perusahaan migas besar menaikkan belanja modal.

Harga Minyak WTI Tembus US$116,5 per Barel, Level Tertinggi Sejak 2008

Lalu, ketiga, peningkatan utilisasi penggunaan rig pengeboran. Keempat, hingga kemampuan perusahaan kapal penunjang lepas pantai melakukan pergantian kapal-kapal tua.

"Jika harga minyak berhasil pulih, perusahaan industri yang bakal langsung menikmati hasilnya adalah yang bergerak di bidang eksplorasi dan produksi," ujarnya.

Sedangkan bagi perusahaan pengolahan (refining), kenaikan harga minyak mentah bisa menurunkan margin keuntungan. Namun, penurunan tersebut ia katakan bisa ditutup dari stok yang melimpah yang dibeli saat harga minyak rendah.

"Tantangan terbesar yang dihadapi industri berasal dari ketidakpastian politik dan kebijakan. Di sisi lain, pemerintah masih lambat melakukan reformasi tata kelola migas," ucapnya.

Dalam situasi saat ini, dukungan pemerintah sangat dibutuhkan. Persoalannya, upaya pemerintah melakukan pembenahan pun belum optimal mendorong produksi migas nasional.


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya