Bisnis Tahu Bulat Hangat Jadi Idola

Penjual tahu bulat menggoreng dengan peralatan seadanya di pikap tanpa pelengkap keamanan.
Sumber :
  • Mohammad Yudha Prasetya / VIVA.co.id

VIVA.co.id – "Tahuuu.. Buuulat.. Digoreeeng.. Daadaakan.. Lima ratus.. Ruuupiiah!" 

Ekonomi UMKM Pasca Pandemi Covid-19

Begitulah suara dari megafon di atas mobil pikap, dari dua suara penjual tahu bulat keliling yang sedang ngetrend akhir-akhir ini. Pedagang tahu bulat kerap ditemui di sejumlah ruas jalan ibu kota dan pinggiran Jakarta. 

Ditemui VIVA.co.id, dua pedagang tahu bulat ini,  Aditya Farid (18) sebagai supir, dan Ismail (21) mengaku sudah sejak 07.00 WIB, mulai menjajakan dagangannya. 

Pelaku UMKM Beri Hadiah Kalung untuk Istri Sandiaga Nur Asia

Dua anak muda ini mulai keluar dari rumah bosnya di kawasan Kosambi, Jakarta Barat, sejak pukul 07.00 WIB, untuk mulai berkeliling menjajakan tahu bulat gorengnya.

Saat berbincang dengan VIVA.co.id, Senin 24 Oktover 2016, keduanya mengaku baru akan mulai mengitari rute yang biasa mereka lalui, untuk menjajakan dagangannya tersebut selama satu hari penuh.

DBS Indonesia Gandeng CARInih Bangun Ekosisten Digital UMKM

"Keluar dari Kosambi jam tujuh pagi. Muter-muter ke sekitaran Joglo sampai Ciledug. Track-nya jadi sekalian keliling saja ke arah pulang," kata Adit, saat ditemui di kawasan Joglo, Jakarta Barat. 

Adit mengakui, ia dan temannya hanya menjalankan usaha milik bosnya tersebut, dengan target penjualan sebanyak 3.000 buah tahu dalam satu hari. Di mana per tahunya, ia dihargai sebesar Rp500.

"Sehari kita keliling, bisa sampai jam tujuh malam, atau jam 10 malam baru habis. Enggak tentu juga, tergantung ramainya," kata Adit.

Adit mengatakan, semua peralatan berdagang, termasuk kompor gas dan mobil pikap ini adalah milik bosnya. Untuk bensin, ia biasanya menghabiskan Rp50 ribu dalam satu hari.

"Ini mobilnya milik bos, bensinnya Rp100 ribu untuk keliling selama dua hari, diambil dari penjualan," ujarnya.

Adit dan temannya itu bisa mendapat bagian yang lumayan besar, apabila target 3.000 tahu per hari berhasil ia jual. Upah sekitar Rp350 ribu bisa mereka kantongi masing-masing, setelah dipotong uang bensin sebesar Rp50 ribu per harinya.

"Jadi, kalau kita sampai target 3.000 buah sehari, dikali Rp500 itu kan Rp1,5 juta, kita berdua dapat setengahnya, yaitu sekitar Rp750 ribu. Jadi, masing-masing kita dapat sekitar Rp350 ribu per hari, kotor, enggak termasuk makan. Karena, kalau untuk makan masing-masing," tuturnya.

Adit mengatakan, pembeli umumnya merupakan para pengendara motor atau mobil, yang meminta mereka berhenti di pinggir jalan untuk membeli tahu bulatnya itu.

Namun, ada saatnya mobil pikap itu mereka jalankan memasuki kompleks perumahan, atau perkampungan, maka baik anak-anak, atau pun ibu-ibu rumah tangga pun cukup menggemari jajanan murah, yang disajikan selagi hangat tersebut.

"Biasanya, yang beli itu orang lewat pakai motor, atau mobil di pinggir jalan. Tapi kalau kadang-kadang, kita masuk ke kompleks perumahan, atau kampung-kampung, banyak juga yang beli di sana," katanya.

Tahu bulat

Adit mengakui, faktor cuaca terkadang turut membantu penjualan mereka. Tak disangkal, jika selepas hujan, biasanya tahu dagangannya itu cukup banyak diserbu pembeli, yang ingin mencicipinya selagi hangat.

"Kalau habis hujan, biasanya banyak tuh yang beli, soalnya kan langsung goreng, dadakan. Jadi, pembeli sukanya memang kalau masih hangat tahunya," kata Adit.

"Tetapi, kita sih maunya hujan atau enggak, ya banyak yang beli juga. Biar cepat habis dan kesampaian target 3.000 tahu sehari itu," ujarnya.

(asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya