Penyebab Pertumbuhan Kredit Perbankan Melemah

Ilustrasi pinjaman bank
Sumber :

VIVA.co.id – Komite Sistem Stabilitas Keuangan (KSSK) mengungkap penyebab laju pertumbuhan kredit pada tahun ini melorot. Hingga akhir tahun, pertumbuhan kredit diperkirakan hanya tumbuh di rentang enam sampai dengan delapan persen.

Tembus Rp 39,1 Triliun, Laba Bersih Bank Mandiri Kuartal III-2023 Melesat 27,4%

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengungkapkan, salah satu faktor yang memengaruhi laju pertumbuhan kredit adalah melemahnya perekonomian dunia, yang pada akhirnya memberikan pengaruh pada permintaan kredit.

Ini tercermin dari permintaan kredit valuta asing yang relatif menurun. Meski begitu, permintaan kredit dalam denominasi rupiah hingga Agustus, justru meningkat dibandingkan tahun lau, yakni mencapai 10,7 persen.

BI Klaim Fundamental Ekonomi Nasional Terjaga Meski Situasi Global Tak Menentu

"Jadi, (pertumbuhan kredit) tidak bisa dipisahkan. Ini ada hubungan dengan perekonomian dunia yang melemah," jelas Agus dalam konferensi pers di Kementerian Keuangan Jakarta, Senin 24 Oktober 2016.

Selain itu, lanjut Agus, meski pertumbuhan kredit perbankan melemah, penerbitan obligasi di sektor pasar modal justru meningkat. "Kami perkirakan sampai akhir tahun, ada Rp120 triliun dari obligasi korporasi yang diterbitkan. Ini menunjukkan ada potensi di pasar," kata dia.

Pertumbuhan Kredit Perbankan Turun, Gubernur BI: Ada yang Harus Kami Cek

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Muliaman D. Hadad menjelaskan, rendahnya pertumbuhan kredit juga disebabkan dari langkah konsolidasi para korporasi yang cenderung menahan untuk ekspansi.

Meningkatnya rasio kredit macet (non performing loan/NPL) per Agustus 2016, juga menjadi cerminan utama lambatnya pertumbuhan kredit. Meski begitu, otoritas perbankan menegaskan bahwa perbankan memiliki kapasitas untuk memitigasi berbagai risiko yang muncul dari meningkatnya rasio kredit macet.

"NPL gross 3,22 persen, dan nett 1,4 persen. Bisa saya sampaikan, kapasitas bank dalam menyerap risiko cukup kuat, dilihat dari CAR (rasio kecukupan modal) sebesar 23 persen," ujar dia. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya