Meski Sering Banjir, Properti di Kemang Tetap Menawan

La Codefin Kemang
Sumber :
  • VIVAnews/Adri Irianto

VIVA.co.id – Kawasan elite Kemang di Jakarta Selatan sempat menjadi perbincangan, akibat banjir yang melanda Agustus 2016 lalu. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama pun langsung memerintahkan jajarannya, untuk segera membenahi kawasan tersebut guna mengantisipasi banjir serupa tidak terulang kembali.

Melantai di Bursa New York, PropertyGuru Raup Dana Segar US$254 Juta

Sejumlah langkah pun langsung diambil oleh pihak Pemprov DKI, antara lain dengan melakukan penertiban dan pendataan sertifikat kepemilikan bangunan komersial di bantaran kali.

Selain itu, pihak Pemprov DKI Jakarta tak akan lagi mengeluarkan izin untuk bangunan, di kawasan yang seharusnya menjadi daerah resapan air tersebut. Hal ini dibarengi pula dengan perbaikan drainase (saluran air) secara rutin agar aliran air menjadi lancar dan genangan bisa dikurangi.

Menerawang Efektivitas Perpanjangan Insentif PPN DTP Sektor Perumahan

Upaya pembebasan Kemang dari bencana banjir, merupakan langkah Pemprov DKI untuk menjadikan wilayah yang dulunya bernama Kampung Kebon ini, kembali menjadi daerah resapan dan pemukiman yang sangat diminati.

Hal ini pun diakui oleh salah satu tokoh masyarakat sekaligus penduduk asli Kemang bernama H. Ahmadi Umar, yang menyebut bahwa kawasan ini memang telah lama dilirik oleh sedemikian banyak kalangan, karena potensi bisnis maupun faktor kenyamanan huniannya.

Dijual hingga Rp15 Miliaran, 486 Unit di Cluster Ini Laku dalam 2 Hari

“Kemang sebenarnya sudah terkenal sejak abad ke-18. Ketika itu, Lurah besarta mandor-mandornya menetap di sini,” kata Ahmadi kepada wartawan, Jumat 28 Oktober 2016.

“Makanya, muncul kalimat yang menyatakan kalau ingin disegani, tinggalah di Kemang,” ujarnya menambahkan.

Minat Konsumen Tetap Tinggi

Direktur ERA Vigo, Ridwan Goh mengatakan, usai banjir beserta paket solusi yang sudah mulai dijalankan oleh pihak Pemprov DKI Jakarta, tak mempengaruhi nilai jual kawasan Kemang sebagai kawasan bisnis maupun permukiman.

Apalagi, karena hanya sebagian saja dari kawasan Kemang yang sempat digenangi banjir, maka hal itu bukanlah alasan untuk takut atau khawatir tinggal di kawasan tersebut.

“Kemang ternyata tetap menjadi primadona. Istilahnya, back to basic. Minat konsumen dan investor untuk menggarap Kemang tetap tinggi. Adanya genangan beberapa waktu, tidak mengurangi minat masyarakat,” kata Ridwan.

Ia mengakui, bahwa kawasan Kemang ini memang sangat strategis, karena berada di selatan Jakarta yang mudah diakses, dan tak jauh dari pusat kota. Apalagi, wilayah ini menyajikan kemudahan seperti kebutuhan hidup, kuliner, keperluan rumah tangga, pendidikan, hiburan, bisnis, perkantoran, hingga layanan publik.

“Secara umum kawasan selatan memang masih favorit untuk konsumen. Khususnya, bagi kalangan pembeli end user yang mencari hunian untuk tempat tinggal. Misalnya, pasangan muda yang hendak menikah namun enggan tinggal bersama mertua,” ujarnya.

Ridwan menjelaskan, kenaikan nilai unit properti yang ada di kawasan Kemang juga terbilang menggiurkan. Untuk apartemen dengan kisaran harga Rp1,5-Rp2,5 miliar, hal itu diprediksi akan menjanjikan keuntungan (gain) hingga 100 persen dalam kurun waktu tiga tahun.

“Kisaran angka tersebut bisa didapatkan oleh konsumen yang membeli unit saat proyek mulai diperkenalkan, atau dengan kata lain saat masih gambar. Tentunya, hal itu juga melihat posisi dari proyek tersebut berada,” kata Ridwan.

Country General Manager Rumah123, Ignatius Untung juga mengatakan, saat ini konsumen memiliki kebiasaan umum saat memulai pencarian properti, yakni dengan menggunakan kata kunci lokasi, harga, dan desain.

“Berdasarkan analisa, masyarakat yang semakin mapan dari sisi umur, tidak lagi mementingkan desain dan harga. Golongan ini memiliki kecenderungan lebih terfokus pada lokasi,” kata Untung, di Jakarta, Jumat 28 Oktober 2016.

Untung menjelaskan, para pembeli properti biasanya memiliki perilaku umum mendatangi beberapa lokasi hunian, yang diincar sebelum memutuskan pembelian. 

“Masyarakat semakin teredukasi bahwa semakin lama menahan diri membeli properti, hal itu akan berarti mereka harus merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan hunian di lokasi yang sesuai keinginan,” ujarnya menambahkan.

Sederhananya, hingga saat ini kawasan Kemang nyatanya tetap menjadi kawasan primadona. Hal inilah yang sebenarnya mengharuskan pihak Pemprov DKI, untuk ikut menjaga pertumbuhan kawasan ini dengan merancang kebijakan-kebijakan yang membuat nyaman penghuninya.

Tentu saja, semuanya juga harus dibarengi dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dengan tetap menjaga perilaku bersahabat untuk lingkungan di kawasan ini, agar peristiwa banjir yang sempat menggenangi kawasan Kemang tidak terulang kembali.

(mus)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya