VIVA.co.id – Harga minyak mentah dunia kembali jatuh mencapai posisi terendah dalam satu bulan, pada perdagangan Selasa atau Rabu WIB.
Pemlihan presiden AS, ledakan pipa di ladang minyak di AS, serta keraguan dari organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) untuk memangkas produksi menjadi pemicunya.
Dilansir dari laman CNBC, American Petroleum Institute (API) melaporkan stok minyak mentah AS naik 9,3 juta barel dalam pekan lalu.
Analis telah memperkirakan bahwa stok minyak mentah AS telah meningkat lebih dari satu juta barel pekan lalu. Laporan API datang menjelang data resmi pemerintah, Rabu.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup 19 sen, atau 0,4 persen, menjadi US$46,67 per barel. Minyak mentah berjangka Brent Januari turun 64 sen, atau 1,3 persen menjadi US$47,97.
Di awal perdagangan sebenarnya harga minyak AS melonjak naik karena adanya kebakaran pada jaringan pipa yang dimiliki oleh perusahaan Colonial Pipeline.
Namun karena perusahaan tersebut menyatakan bahwa jaringan pipa akan kembali normal sehingga pasokan bisa kembali mengalir pada akhir pekan ini maka konsentrasi pelaku pasar kembali kepada isu OPEC.
"Minyak sempat naik di perdagangan awal, namun berita dari Colonial Pipeline membuat harga minyak bergejolak dan turun lagi," kata John Kilduff dari New York hedge fund energi Again Capital.
Dalam beberapa bulan ini harga minyak terus berjuang agar berada di atas US$50 per barel. Namun usaha yang dilakukan tetap saja tak bisa mempertahankan harga minyak berada di atas US$50 per barel.
OPEC dengan negara non OPEC telah memanggil produsen minyak dan berharap bisa membatas produksi