Kadin: Industri Riil Masih Menahan Diri

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi
Sumber :
  • ANTARA/M Agung Rajasa

VIVA.co.id – Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2016 sebesar 5,04 persen atau turun 0,16 persen, dibanding triwulan II 2016 sebesar 5,2 persen.

Arsjad Rasjid Kembali Bertugas Sebagai Ketum Kadin Usai Jadi Ketua TPN Ganjar-Mahfud

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, mengidentifikasi industri sektor riil Indonesia sedang dalam kondisi menahan diri (on hold), atau tidak melakukan ekspansi.

Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kadin Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani menyebutkan, industri riil yang menahan diri dapat menjadi salah satu indikator melemahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini. Selain, karena memang pertumbuhan ekonomi global saat ini sedang lesu.

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, Kadin Sebut PR Pemerintah 10 Tahun ke Depan Jauh Lebih Berat

Namun, menurut Shinta di tengah kondisi industri yang menahan diri pemerintah mendukung pertumbuhan ekonomi sektor industri dengan memberikan insentif-insentif melalui Paket Kebijakan Ekonomi (PKE).

"Kalau dalam negeri sekarang, kita lakukan reformasi. Jadi, yang coba kita boost (tingkatkan), kita support (dukung) dengan adanya insentif-insentif. Paket kebijakan ekonomi itu kan, tujuannya untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi kita," ujar Shinta di Jakarta pada Selasa 8 November 2016.

Prabowo Undang Kadin Diskusi ke Hambalang: Jangan Bicara Hanya Dua Menit

Shita juga memandang, sektor industri Indonesia yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional, di antaranya maritim, agribisnis, kemudian, industri padat karya.

"Yang paling besar itu sektor maritim, sesuai dengan target pemerintah menjadi Indonesia poros maritim dunia. Lalu, dari sektor maritim yang tertinggi itu pariwisata. Tapi yang menarik adalah agrotourism. Kita kembangkan pada sektor itu (agrotourism)," terangnya.

Sedangkan dari segi infrastuktur, amnesti pajak (tax amnesty) masih butuh banyak waktu untuk menjadi faktor pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Sementara itu, ia menilai realisasi target pertumbuhan ekonomi oleh Presiden yang sebesar enam persen, masih sangat sulit untuk dicapai. Meski, ada berbagai perbaikan untuk sektor ekonomi.

"Prinsipnya, sampai tahun depan pertumbuhan ekonomi kita tidak sampai lebih dari 5,3 persen ya. Itu proyeksi kita. Jadi, untuk mencapai pertumbuhan enam persen masih jauh ya. Kita optimis sudah ada perbaikan, tetapi di sisi lain, keadaan ekonomi global juga belum sepenuhnya pulih. Jelas berdampak dengan Indonesia," jelasnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya