Bukti Terpilihnya Donald Trump Tak Ganggu Ekonomi RI

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat ke 45, mengalahkan rivalnya Hillary Clinton, dan hal itu di luar dugaan banyak pihak.  

Pilpres Bikin Facebook Alergi Politik

Menanggapi hal tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku optimistis siapa pun yang menjadi pemimpin AS selanjutnya, tidak akan memengaruhi ekonomi Indonesia secara langsung. Sentimennya pun, diyakini hanya sementara. 

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad mengatakan, hal tersebut dapat terlihat dari indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sudah kembali positif hari ini. Meskipun pada penutupan kemarin, IHSG parkir di zona merah akibat euforia Pilpres AS yang di luar ekspektasi pasar.

AS Waspadai Serangan Teroris dari Orang-orang Kecewa Hasil Pilpres

"Kita masih liat lagi. Semua orang juga masih melihat, bagaimana efeknya ke depan. Mudah- mudahan tidak banyak perubahan, karena kalau kita liat pasar sudah kembali rebound, ya kita lihat berarti tidak banyak perubahan," ujarnya di Jakarta, Kamis 10 November 2016.

Meski demikian, Muliaman tak menampik kabar yang berkembang, jika Donald Trump jadi Presiden AS, maka negara itu akan tertutup terhadap dunia, termasuk untuk perdagangan. Namun, menurutnya, hal tersebut terlalu dini untuk disimpulkan, karena sejauh ini Donald Trump sama sekali belum melakukan aktivitasnya sebagai Presiden.

Catatan SBY soal Drama Politik AS yang Bisa Dipetik Pecinta Demokrasi

"Kita akan melihat lebih dekat lagi nanti, karena kita terlalu cepat kalau menilai hal itu," tuturnya.

Sebelumnya, banyak kekhawatiran yang muncul dibenak pelaku pasar, jika kemenangan Pilpres AS jatuh ditangan Donald Trump. Akibatnya, IHSG pada perdagangan kemarin berwarna merah hingga ditutup anjlok 56.36 poin atau 1,03 persen ke level 5.414,32.

Unggulnya Donald Trump atas Hillary Clinton cukup memberikan sentimen negatif terhadap bursa saham di dunia dan Asia, termasuk Indonesia. Sebab, Trump dinilai banyak tidak disukai kalangan pelaku pasar keuangan. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya