IHSG Anjlok, OJK Panggil Dirut BEI dan Direksi Bank Besar 

Pergerakan IHSG
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia, Tito Sulistio mengungkapkan, sore ini dia dan direksi perbankan besar akan dipanggil oleh Otoritas Jasa Keuangan, terkait penurunan tajam indeks harga saham gabungan dalam dua hari terakhir sebesar 6,6 persen pekan lalu.

IHSG Dibuka Merah, Simak Rekomendasi Saham Awal Pekan Ini

"Kami akan dipanggil OJK, jam enam sore (Pukul 18.00 WIB) ini. Kami juga akan bersama direktur-direktur bank besar untuk datang ke OJK," ujarnya, saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Senin 14 November 2016.

Tito menjelaskan, penurunan IHSG dalam dua hari terakhir sejak Jumat hingga sesi I perdagangan hari ini sebesar 6,6 persen, belum bisa disimpulkan sebagai kondisi abnormal. 

Dolar AS Melemah, IHSG Diprediksi Menguat Terbatas

"Yang banyak jual itu investor asing, tetapi investor lokal banyak beli. Untuk menentukan itu (normal atau abnormal), kami harus melihat dahulu siklus IHSG empat hari ke depan," tuturnya.

Lebih jauh, Tito mengungkapkan, penurunan signifikan IHSG sebesar 6,6 persen masih tetap menjadikan bursa saham domestik memiliki pertumbuhan tertinggi kedua di dunia setelah Thailand. "Penurunan IHSG akibat Trump Effect hanya psikologi pasar," ujarnya.

IHSG Dibuka Menghijau, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Tito menilai, penurunan saham-saham perbankan dipengaruhi oleh tren peningkatan yield obligasi. "Khusus saham bank, naiknya yield membuat mereka terkena dampaknya. Tetapi, kami percaya masih akan ada good news. Market masih baik dan bursa serius melakukan tugas," tuturnya.

Namun, jelas dia, kondisi fundamental ekonomi dan emiten yang masih baik seharusnya bisa mendorong investor untuk berinvestasi di saat IHSG menurun. "Jangan takut masuk pasar modal, kalau fundamental perusahaan memang bagus. Apalagi, di dalam negeri ekonominya stabil," kata Tito. (asp)

Ilustrasi papan saham IHSG.

IHSG Dibuka Melemah, Simak Rekomendasi Saham Akhir Pekan Ini

IHSG memiliki potensi untuk kembali mengalami tekanan karena saham-saham dari sektor pertambangan dan keuangan.

img_title
VIVA.co.id
5 Maret 2021