Proyek Terminal LNG Bojonegara Atasi Defisit Gas Jawa Barat

Receiving terminal LNG
Sumber :

VIVA.co.id – PT Pertamina terus mengembangkan bisnis gas miliknya dengan bekerjasama dengan unit usaha Kalla Group, PT Bumi Sarana Migas (BSM). Pertamina dan BSM akan membangun terminal energi terpadu gas alam cair di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten untuk mengatasi defisit gas di wilayah Jawa Barat.

Dukung Peningkatan Kapasitas Nasional Lewat Industri Hulu Migas, IDSurvey Siap Beri Dampak Positif

Menurut Direktur Eksekutif 98 Institute, Sayed Junaidi Rizaldi, kerja sama ini akan meningkatkan kemampuan Indonesia dalam mengamankan suplai pasokan gas di dalam negeri, khususnya untuk wilayah Jawa Barat.

"Sekarang tinggal diawasi secara bersama saja sistem bisnisnya apakah berjalan transparan dan terbuka. Terpenting, Pertamina sebagai BUMN jangan sampai mengalami kerugian," ujar Sayed di Jakarta, melalui keterangannya, Jumat, 25 November 2016.

Sri Mulyani Targetkan Investasi Hulu Migas Rp 223,3 Triliun

Seperti diketahui, data Pertamina menyebut bahwa Jawa Barat mengalami defisit gas sebesar 315 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) pada 2015. Angka ini diproyeksikan meningkat tiga kali lipat menjadi 962 mmscfd pada 2025.

Atas masalah ini kerja sama Pertamina dan BSM bisa menjadi solusi. Keduanya akan bermitra membangun mega proyek terminal energi terpadu di Bojonegara, Kabupaten Serang, Provinsi Banten senilai Rp10 triliun.

Airlangga Minta Industri Migas Maksimalkan Teknologi Hijau

Sayed menjelaskan, dengan ditunjuknya Pertamina sebagai satu-satunya pembeli produk kilang tersebut menandakan bahwa perseroan bisa memegang peranan penting dalam suplai gas ke depannya.

Sayed juga berharap Pertamina bisa menjadi operator dalam megaproyek pembangunan kilang energi terpadu tersebut. "Alasannya sederhana, Pertamina sangat berpengalaman mengelola kilang. Semua kilang skala besar di republik dioperatori oleh Pertamina," jelas dia.

Menurut Sayed, selain Pertamina dan BSM, mega proyek pembangunan kilang tersebut ini tidak man-main karena juga melibatkan perusahaan asing, yakni Tokyo Gas dan Mitsui.

Diketahui, kompleks terminal energi terpadu tersebut akan diisi oleh terminal penerima LNG dan regasifikasi, kilang minyak baru, dan PLTGU berkapasitas 1.000 megawatt hingga 2.000 megawatt.

Seluruh proyek ini dibangun di luar peta perencanaan Pertamina, atau di luar program refinery development master plan bagi empat kilang existing dan dua kilang grass root refinery baru.

Mega proyek ini diharapkan bisa beroperasi pada 2020, di mana fasilitas terminal penerima LNG bisa berjalan terlebih dahulu. Pada tahap pertama, kapasitas terminal LNG akan sebesar 500 mmscfd. Namun, kapasitasnya akan diperbesar menjadi 1.000 mmscfd di tahap kedua.

Secara nasional, Indonesia diprediksi mengalami defisit gas sebesar 1.013 mmscfd pada 2015. Defisit ini akan meningkat menjadi 3.206 mmscfd pada 2025. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya