Darmin: Hasil Pertanian Tak Sesuai Anggaran

Menko Perekonomian Darmin Nasution (tengah)
Sumber :
  • ANTARA/HO/Sidi

VIVA.co.id – Menteri Koordinator bidang Perkonomian Darmin Nasution mengatakan, dalam setahun pemerintah telah mengeluarkan biaya Rp50 triliun untuk pertanian. Dana itu meliputi subsidi pupuk, pencetakan sawah dan pembangunan irigasi. 

Mahfud: Petani Makin Sedikit, Subsidi Pupuk Setiap Tahun Kok Naik?

Namun, Darmin kecewa dengan hasil dari anggaran tersebut, karena dinilai tidak sesuai antara pengeluaran dengan hasil yang diharapkan. 

"Kalau digabung setahun sekitar Rp50 triliun. Hasilnya berapa? Itu dia. Sepadan tidak dengan itu? Kita sangat risau melihat itu selama setahun ini," ujar Darmin dalam acara Rapat Koordinasi Nasional bidang Ketahanan Pangan di hotel Pullman Jakarta Senin, 28 November 2016.

Hari Tani Nasional: Petani Harus Dijamin Untung, Ini Harapannya

Menurut Darmin, saat ini yang perlu digencarkan bukan lagi perluasan lahan, melainkan fokus pada pembangunan embung. "Ada konsep lain yang berhubungan pangan yang harus diteliti. Kita tidak mungkin menambah konsumsi beras per kapita. Tidak usah mencetak sawah banyak-banyak, yang harus kita bikin itu embung," ucapnya. 

Selain itu, faktor penting pertumbuhan pertanian adalah sistem irigasi. saat ini pembangunannya belum mencapai kisaran harapan 60-70 persen, karena masih berada pada 40 persen. 

Fenomena El Nino, Stok Pangan di Jabar Masih Aman

"Mentan (Menteri Pertanian) selalu bilang 60 persen atau 70 persen sawah teririgasi. Kita sudah hitung tidak keluar angka itu, kalau bisa hanya 40 persen. Kalau sekarang 40 persen bikin jadi 60-70 persen. Pasti swasembada," ucapnya. 

Dia mengatakan sistem irigasi Indonesia masih sering tidak tepat sasaran. Aliran justru tidak melewati lahan sawah yang perlu diairi. Indikasi tidak efisiennya pembangunan sistem irigasi kentara karena Bulog hanya bisa membeli beras petani pada musim panen raya, yang terjadi setelah musim hujan. 

"Kalau kita paham, mau tahu kita cukup atau tidaknya, maka kita harus lihat panen gandum dalam setahun," katanya. 

Sehingga, dia menyebut pentingnya geospasial yang memetakan sistem irigasi secara efisien sesuai data kebutuhan irigasi, selain pemupukan dan penanaman bibit unggul.

"Masalahanya sering sekali irigasi lewat tidak di sawah. Ada terminologi lahan irigasi. Sehingga, kenapa kita perlu geospasial. kita ingin perencanaannya duduk dengan peta. Apa yang kita kembangkan selama puluhan tahun dan (ada) data irigasi kita ukurannya berapa luas lahan yang bisa diairi," ujarnya. 

Selanjutnya, pengembangan pembibitan. Menurut Darin masih sedikit pengembangan bibit unggulan. "Menanam bawang yang ditanam bawang, mau tanam wortel yang ditanam wortel. Nenek moyang kita 30 tahun lalu sudah melakukan itu, masak kita masih melakukan itu," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya