OPEC Pangkas Produksi, Harga BBM dan Inflasi Naik

Dispenser BBM SPBU.
Sumber :
  • Dian Tami/VIVAcoid

VIVA.co.id – Harga minyak mentah dunia kembali melambung tinggi, usai Organisasi Pengekspor Minyak Dunia, atau OPEC berencana memangkas produksinya untuk kali pertama sejak 2008. Naiknya harga minyak dunia, akan memberikan pengaruh pada harga bahan bakar minyak nasional.

5 Ancaman Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik, Sasmito Hadi Wibowo mencermati harga bahan bakar minyak (BBM) yang berpotensi ikut menanjak, mengikuti perkembangan harga minyak dunia yang melonjak. Terutama, terhadap perkembangan Indeks Harga Konsumen ke depan.

"Mudah-mudahan (harga minyak dunia) naik gradual, tidak terjadi lonjakan. Artinya, harga BBM di dalam negeri perlu dinaikkan gradual. Itu tidak menimbulkan gejolak," kata Sasmito, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis 1 Desember 2016.

Antisipasi Dampak Konflik Palestina-Israel, Pemerintah Kaji Harga Pertalite Sesuai Jenis Kendaraan

Andil BBM sendiri terhadap IHK mencapai tiga persen. Sasmito memandang, apabila harga BBM mengalami kenaikan yang cukup signifikan mengikuti lonjakan harga minyak dunia, tentu akan ada pengaruh besar terhadap laju inflasi nasional.

Namun, jika harga BBM tidak naik secara signifikan, tentu tidak akan memberikan pengaruh lebih dalam. "Kalau naiknya tipis, tidak berpengaruh langsung. Kalau naik Rp1.000-Rp500, terasa," katanya.

SKK Migas Pantau Ketat Dampak Konflik Hamas-Israel ke Sektor Hulu Migas Indonesia

Sebagai informasi, pemerintah Indonesia melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan memutuskan, untuk membekukan sementara keanggotaan Indonesia di OPEC, menyusul keputusan sidang untuk memangkas produksi minyak mentah sebesar 1,2 juta barel per hari, di luar kondensat.

Jonan memandang, sebagai negara net importer minyak (crude oil), pemotongan kapasitas produksi tersebut sama sekali tidak menguntungkan bagi Indonesia, karena harga minyak secara teoritis akan naik. Hal ini turut diamini oleh otoritas statistik nasional.

"Kita keluar, karena kita net importer (importir minyak). Kenaikan BBM harus diantisipasi," ujar Sasmito. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya