Dolar Menguat, Rupiah pun Tergelincir

Ilustrasi dana darurat.
Sumber :
  • REUTERS/Darren Whiteside

VIVA.co.id – Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hari ini, Selasa 13 Desember 2016, diperkirakan akan melanjutkan pelemahan. Hal ini seiring dengan pergerakan laju dolar AS yang mulai menguat.

Erick Imbau BUMN Beli Dolar AS Besar-besaran, Menko Perekonomian hingga Wamenkeu Bilang Gini 

"Diperkirakan rupiah akan bergerak pada kisaran batas bawah atau support Rp13.362 dan batas atas atau resistance Rp13.319," ujar senior analis Riset PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, di Jakarta.

Reza menjelaskan, penguatan yang terjadi dalam kurun waktu beberapa hari membuka peluang pelemahan terutama jika sentimen yang ada kurang mendukung penguatan tersebut. 

Rupiah Sentuh Rp 16.200 per Dolar AS, Begini Prediksi Terbaru Astronacci

"Cermati dan waspada sentimen yang ada jika pelemahan kembali terjadi, meski kami tidak berharap pelemahan terjadi," tuturnya.

Menurutnya, setelah menguat tujuh hari berturut-turut, laju rupiah kembali mengalami pelemahan di akhir pekan lalu. Kurs dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama dunia. Hal itu didukung data ekonomi positif dari AS dan keputusan Bank Sentral Eropa untuk memperpanjang program pembelian asetnya sampai akhir tahun depan. 

Rupiah Mulai Menguat ke Level Rp 16.172 per Dolar AS

Sementara itu, Bank Indonesia diperkirakan akan menahan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 4,75 persen pada rapat Dewan Gubernur pekan ini, dan mengakhiri pelonggaran moneter sebesar 150 basis poin sepanjang 2016. 

Pelemahan Rupiah juga terimbas dari laporan BI terhadap jumlah cadangan devisa yang turun US$3,5 miliar pada akhir November 2016, menjadi US$111,5 miliar dari Oktober 2016 yang sebesar US$115 miliar. Penurunan ini dikarenakan penggunaan devisa untuk stabilisasi nilai tukar rupiah dan pembayaran utang luar negeri.

"Meski demikian, jumlah cadangan devisa hingga akhir November 2016 masih cukup untuk membiayai 8,5 bulan impor atau 8,1 bulan impor, dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Namun, tidak mengubah aksi pelaku pasar untuk tetap melepas rupiah," ujarnya.
 

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya