- Dok. NREL
VIVA.co.id – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan, menegaskan, pemerintah mendukung penggunaan energi baru terbarukan dan konservasi energi yang harus dapat dijangkau oleh masyarakat.
Sebab, menurut Jonan, ada potensi sangat besar yang dimiliki Indonesia dalam menggarap diversifikasi energi, sehingga memerlukan usaha yang gigih untuk memenuhi kepentingan rakyat.
"Kita harus manfaatkan (potensi energi) dengan biaya seminimal mungkin," kata Jonan dalam acara diskusi di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu 21 Desember 2016.
Jonan mengaku heran dengan fakta di mana negara-negara Uni Emirat Arab (UEA) bisa mematok harga yang sangat murah, yakni sekitar 2,25-2,99 sen per kWh, untuk tarif listrik dari energi baru terbarukan (EBT) yang mereka garap.
Dia menyebut, dibanding Indonesia yang mematok tarif listrik EBT di kisaran harga 15-18 sen per kWh, apa yang berhasil dilakukan oleh negara-negara UEA itu merupakan capaian yang sangat baik, dalam pengelolaan listrik dari energi baru terbarukan (EBT) tersebut.
"GDP (produk domestik bruto) mereka 20 kali Indonesia, tapi pengembangan EBT-nya luar biasa. Kalau GDP-nya UEA bisa segitu, tarifnya bisa segitu, ini masalah yang serius bagi saya," kata Jonan.
Untuk itu, dia meminta semua energi baru terbarukan dan konservasi energi harus bisa berkompetisi di harga jualnya yang konservatif. Dan bila itu tidak bisa dilakukan, sebaiknya lupakan. "Kalau enggak bisa, ya saya nyerah saja," ujar Jonan.