DPR Minta Pemerintah Jangan Cuma Reaktif Soal JP Morgan

Gedung JP Morgan
Sumber :
  • legalschnauzer

VIVA.co.id – Dewan Perwakilan Rakyat meminta pemerintah untuk dapat menjelaskan secara terbuka kepada publik atas hasil riset dan penilaian yang dilakukan JPMorgan Chase, yang dikatakan berisiko mengganggu stabilitas ekonomi Indonesia. Butut dari hal itu kemitraan antara keduanya diakhiri. 

Kemenkeu Catat Aset Tanah PTNBH Senilai Rp161,30 Triliun

Wakil Ketua Komisi XI DPR, Marwan Cik Asan, berpendapat, jika hasil dari riset tersebut buruk seharusnya bisa menjadi peringatan dini bagi pemerintah agar dapat mengantisipasi gejolak yang terjadi tersebut. 

"Semestinya hasil riset tersebut dapat dijadikan sebagai early warning  bagi pemerintah," ujarnya dikutip dalam keterangannya Rabu 4 Januari 2017. 

Pemanfaatan Aset Negara Buat Bangun IKN Jadi Fokus Kerja DJKN 2022

Menurutnya, sikap pemerintah yang reaktif menanggapi hal ini juga berisiko memicu reaksi negatif  dari pada investor yang saat ini sedang dan akan masuk ke Indonesia. Karena itu, keputusan pemerintah itu harus diinformasikan secara lengkap ke publik. 

"Terlebih lagi saat ini Indonesia sangat membutuhkan kontribusi Investor dalam penerbitan SBN (Surat Berharga Negara) untuk menutupi defisit APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yang semakin melebar," tambahnya. 

Mau Beli ORI021 Bunga 4,9 Persen, Ini 28 Mitra Distribusinya

Lebih lanjut dia pun menegaskan, JPMorgan sebagai lembaga keuangan internasional harus mengedepankan prinsip profesionalisme, akuntabilitas, bertanggung jawab dan terbuka mengenai hal ini. Khususnya terkait metodologi dan indikator yang digunakan sehingga menurunkan level rekomendasi investasi di Indonesia. 

Seperti diketahui,  secara ringkas riset yang dilakukan oleh JPMorgan tanggal 13 November 2016 adalah tentang kondisi pasar keuangan di Indonesia paska terpilihnya Donald trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). JPMorgan menyebutkan imbal hasil surat utang tenor 10 tahun naik dari 1,85 persen menjadi 2,15 persen paska terpilihnya Trump. 

Kenaikan tingkat imbal hasil dan gejolak pasar obligasi ini mendongkrak risiko premium di pasar negara-negara yang pasarnya berkembang (emerging market). Hal ini memicu kenaikkan Credit Default Swaps (CDS) Brasil dan Indonesia, sehingga berpotensi mendorong arus dana keluar dari negara-negara tersebut.

Bersandarkan kepada riset tersebut, JP Morgan merekomendasikan pengaturan ulang alokasi portofolio para investor. Sebab, JP Morgan memangkas dua level rekomendasi Indonesia dari 'overweight' menjadi 'underweight'


(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya