Tiga Penentu Keperkasaan Rupiah Tahun Ini

Ilustrasi rupiah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA.co.id – Nilai tukar rupiah sepanjang tahun lalu, berhasil melawan keperkasaan dolar Amerika Serikat. Di minggu pertama 2017, rupiah terhadap dolar Paman Sam berada di kisaran Rp13.300-Rp13.400 per dolar AS.

Rupiah Ambruk Pagi ini ke Rp 15.841 per Dolar AS

Chief Equity Startegist Deutsche Bank, Heriyanto Irawan mengaku optimistis, gerak rupiah akan tetap melanjutkan penguatan terhadap dolar AS, meskipun situasi perekonomian dunia, terutama AS masih diselimuti dengan ketidakpastian.

“Kami melihatnya, rupiah akan tetap stabil,” ungkap Heriyanto dalam konferensi pers di kantor Staf Kepresidenan, Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Jumat 6 Januari 2017.

Bank Indonesia Proyeksi Dolar AS Bakal Anjlok di Semester II-2024

Menurut Heriyanto, rupiah dibangun dari tiga pondasi utama. Mulai dari faktor fundamental secara keseluruhan, situasi terkini ekonomi dalam negeri, dan sentimen luar negeri, yang berpotensi memengaruhi laju nilai tukar.

Dari sisi fundamental, Heriyanto menilai, kondisi makro ekonomi dalam negeri menjadi salah satu yang paling sehat dibandingkan negara berkembang lain, sejak krisis finansial pada 2008 silam. Kondisi ini pun terbilang menguntungkan.

Rupiah Menguat Pagi Ini, tapi Berpotensi Balik Melemah

"Kalau kondisinya tidak seperti itu, saya mungkin tidak akan rileks seperti sekarang. Posisi kita masih cukup kuat," katanya.

Faktor kedua, dari kondisi perekonomian dalam negeri. Heriyanto menyebut, suksesnya program pengampunan pajak, atau tax amnesty, menjadi salah satu indikator utama. Sehingga, memberikan sentimen positif terhadap laju nilai tukar rupiah.

"Kepercayaan investor bisa dilihat dari tax amnesty. Dibandingkan negara lain, kita paling sukses," ujarnya.

Sementara itu, yang faktor ketiga, yakni dari tekanan eksternal. Heriyanto memandang, apapun yang terjadi pada perekonomian dunia, tentu akan memengaruhi arus modal asing yang masuk ke pasar keuangan dalam negeri. 

Potensi pembalikan modal ke sejumlah negara maju pun tetap ada. Namun, fundamental ekonomi yang terus membaik, ditambah dengan beberapa indikator perekonomian yang relatif sehat, bukan tidak mungkin Indonesia masih menjadi pasar menarik bagi para investor.

"Mereka (investor) akan melihat kondisi perekonomian yang sehat. Kita juga harus akui, bahwa bunga SUN (Surat Utang Negara) kita tertinggi di seluruh dunia. Dana pun akan mencari tempat parkir yang aman," ungkapnya.

Sebagai informasi, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate pada hari ini, rupiah berada di posisi Rp13.347 per dolar AS, menguat Rp23 poin, dari posisi kemarin sebesar Rp13.370 per dolar AS. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya