Proteksionisme Trump Tak Lantas Berdampak pada Indonesia

Donald Trump bersama Melania Trump (istrinya) dan Ivanka Trump (anak perempuannya).
Sumber :
  • REUTERS/Carlo Allegri

VIVA.co.id – Sikap proteksionisme yang diungkapkan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump saat masa kampanye, telah menjadi peringatan bagi berbagai negara. Dunia sekarang mengawasi apakah Trump akan melaksanakan kebijakannya itu setelah resmi dilantik pada 20 Januari mendatang. 

Donald Trump dan Kedua Anaknya Akan Diperiksa Terkait Penipuan

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Bidang Hubungan Internasional, Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan, sikap Trump itu tidak bisa diartikan akan berdampak negatif atau menurunkan nilai ekspor Indonesia ke Amerika Serikat. 

Saat ini, data Kementerian Perdagangan menunjukkan nilai ekspor Indonesia selama 2016 dominan masuk ke negara Paman Sam dengan nilai US$15,68 miliar. Angka itu pun meningkat dari 2015 yang senilai US$15,30 miliar. 

Donald Trump Ambil Surat Cinta Kim Jong Un dari Gedung Putih

"Kita justru harus bisa melihat kesempatan yang ada saat ini untuk bisa menemukan kerja sama, win-win antara Indonesia-AS yang belum kita optimalkan dalam perdagangan. Sehingga bisa dilihat Trump untuk kerja sama itu dikembangkan antara AS dan Indonesia," ujar Shinta kepada VIVA.co.id pada Rabu, 18 Januari 2017. 

Ia menilai, meski dengan pencapaian angka US$15,68 miliar saat ini, kerja sama perdagangan antara Indonesia dan AS belumlah optimal. Namun, di sisi lain, AS bergantung pada ekspor Indonesia. 

5 Fakta Tewasnya Jenderal Qassem Soleimani, Iran Akan Balas Dendam?

Apalagi, Indonesia memiliki sumber komoditas yang dibutuhkan AS, seperti, minyak kelapa sawit mentah. "Enggak mungkin AS mengembangkan produk konsumernya tanpa minyak kelapa sawit. Jadi, komoditas kelapa sawit itu masih sangat besar," ujarnya. 

Data Kementerian Perdagangan mencatat, komoditas paling besar diekspor adalah lemak atau minyak hewan atau minyak nabati senilai US$18,23 miliar. Nilai ekspor komoditas itu mayoritas masuk ke AS. 

Kemudian, ia mengatakan, peningkatan nilai ekspor yang berkelanjutan ke AS lebih dapat dilakukan dengan mengadakan perjanjian dagang yang sifatnya bilateral. 

"Pastikan AS akan melihat kerja sama yang fokusnya adalah hasil industri-industri apa yang bisa dikembangkan Indonesia. Dari sisi perdagangan lebih kepada produk apa yang dibutuhkan AS, yang tidak mungkin diproduksi di negerinya sendiri, tapi Indonesia memiliki potensi memproduksinya," ujarnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya