Bank Indonesia Penasaran Seperti Apa Kebijakan Ekonomi Trump

Presiden AS, Donald Trump.
Sumber :
  • REUTERS/Lucas Jackson

VIVA.co.id – Donald Trump akan dilantik menjadi presiden baru Amerika Serikat di Washington DC pada Jumat waktu setempat. Seluruh pengambil kebijakan di mancanegara, termasuk Indonesia, tengah menunggu seperti apa pidato perdana Trump sebagai presiden AS, terutama terkait arah kebijakan ekonomi yang akan diambil.

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, juga penasaran apakah retorika kebijakan yang disampaikan Trump semasa kampanye tahun lalu akan direalisasikan, atau justru malah sebaliknya. "Kami sangat ingin mengetahui, bagaimana kebijakan fiskalnya," kata Agus saat ditemui di Kompleks BI, Jakarta, Jumat 20 Januari 2017.

Agus penasaran, apakah Trump tetap berencana mengekspansi fiskal, yang akan menjadi sumber pembiayaan baru untuk menggenjot perekonomian Negeri Paman Sam. Selain itu, kerja sama antara Kepala Negara dari partai Republik tersebut dan Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) juga menjadi salah satu perhatian Indonesia.

BI Fast Payment, Jawaban untuk Kebutuhan Transaksi Murah

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur BI kembali menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini dari yang sebelumnya 3,2 persen, menjadi 3,4 persen. Proyeksi tersebut sejalan dengan perkiraan bergeliatnya perekonomian AS, yang ikut membantu kondisi perekonomian Tiongkok.

Meskipun ada dampak positif dari sisi fiskal, Agus memandang, arah kebijakan moneter The Fed ke depan pun akan tetap diwaspadai oleh otoritas moneter. Sebab, membaiknya perekonomian AS akan mendorong bank sentral AS memperketat arah kebijakan moneternya kedepan.

Cadangan Devisa RI Februari 2022 Naik Tipis, Ini Pendorongnya

"Bagi kami, (membaiknya perekonomian AS) akan terjadi kenaikan Fed Fund Rate (tingkat suku bunga acuan)," kata Agus. Ia menambahkan, bank sentral akan terus mencermati arah kebijakan perdagangan AS di bawah kepemimpinan Trump. Sebab, masih ada sejumlah ketidakpastian dari arah kebijakan perdagangan Trump yang menyelimuti seluruh mitra dagang AS.

Agus memahami, harga komoditas dunia memang telah bergerak ke arah yang lebih baik, dan tentu memberikan pengaruh positif pada kinerja ekspor nasional. Namun, apabila AS menutup diri, tentu dampaknya akan terasa, terutama terhadap Indonesia yang selama ini menjadikan AS sebagai mitra dagang utama.

"Ekspor ke AS sampai US$15 miliar. Perlu buka pasar baru, atau persiapkan diri dengan kebijakan yang diambil AS," tuturnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya