Cara Sri Mulyani Ajak Swasta Investasi Infrastruktur

Para pekerja sibuk di suatu lokasi proyek infrastruktur di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • REUTERS/Garry Lotulung

VIVA.co.id – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengalokasikan belanja infrastruktur dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017 mencapai Rp387 triliun. Jumlah ini naik Rp97 triliun, dibandingkan alokasi belanja infrastruktur 2016.

Sri Mulyani Ungkap Pembangunan IKN Sudah Sedot APBN Rp 4,3 Triliun

Kendati demikian, pemerintah tidak bisa begitu saja mendanai seluruh proyek-proyek prioritas di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Peran Badan Usaha Milik Negara dan sektor swasta, pun terus dioptimalkan untuk menggenjot pembangunan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, bukan perkara mudah bagi pemerintah, untuk mengambil hati sektor swasta melalui skema Public Private Partnership. Menurut dia, ada berbagai kendala yang mendasari tidak tertariknya investor swasta.

Jokowi Resmikan 147 Bangunan yang Direhabilitasi Pasca Gempa di Sulawesi Barat

“Mereka tidak mau masuk, karena menganggap ada risiko besar dari proyek,” kata Ani, sapaan akrab Sri Mulyani Indrawati saat ditemui di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis 26 Januari 2017.

Tak sampai di situ, tidak tertariknya sektor swasta terhadap mekanisme tersebut, juga dipengaruhi dari keuntungan yang diterima para investor, tidak sebanding dengan gelontoran dana yang ditanamkan lantaran sarat akan aspek politik. Namun, hal ini pun akhirnya diperbaiki oleh pemerintah.

Jokowi: Jalan Inpres Gorontalo Penting untuk Tingkatkan Konektivitas Daerah

“Kami berikan jaminan. Ada juga Viability Gap Fund (dana dukungan tunai infrastruktur). Jadi, kalau infrastrukturnya secara ekonomi tinggi, tapi nilai finansialnya rendah, kami buat VGF. Ada juga bank tanah untuk mengakuisisi tanah,” katanya.

Berbagai insentif yang diberikan pemerintah, ditegaskan mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu, semata-mata untuk mengundang sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur prioritas di berbagai wilayah. Apalagi, kondisi infrastruktur nasional belum mumpuni saat ini.

“Sewaktu masih di Bank Dunia, saya tahu Indonesia ini haus infrastruktur. Maka, kami melakukan improvement,” katanya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya