BPS: Kenaikan BBM Berpotensi Memperlebar Ketimpangan Sosial

Tempat tinggal warga miskin di Jakarta.
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Harga minyak dunia yang terus merangkak naik berpeluang memengaruhi kenaikan harga sejumlah produk lain. Mulai dari bahan bakar minyak, listrik hingga tarif transportasi yang akan meningkat.

Wah, Masih Ada 160 Ribu Wisatawan Asing Masuk RI di Tengah Covid-19

Lantas, apakah kenaikan harga ini akan dapat memengaruhi ketimpangan antara orang kaya dan miskin?

Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, M. Sairi Hasbullah mengatakan, kondisi ini tentu berpengaruh terhadap ketimpangan sosial di masyarakat. Artinya akan memperbesar rasio gini di Tanah Air.

Inflasi Mei 2020 Cuma 0,07 Persen, Permintaan Selama Ramadhan Anjlok

"Kalau harga minyak diikuti dengan kenaikan harga-harga di level komoditas, itu tentu saja mungkin akan berpengaruh terhadap inflasi yang tinggi, dan dengan inflasi yang tinggi akan berpengaruh pada pada gini ratio," kata Sairi di kantor pusat BPS, Jakarta, Rabu 1 Februari 2017.

Sebagaimana diketahui, rasio gini digunakan untuk mengukur ketimpangan pendapatan dan kekayaan. Rasio gini di Indonesia pada September 2016 masih tercatat sebesar 0,39. Rasio gini diukur berkisar antara 0-1, Artinya semakin tinggi nilai rasio gini menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi.

Waspadai Turunnya Impor RI, Ekonomi Bakal Bergerak Lambat

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, pemerintah perlu menurunkan tingkat ketimpangan yang ada di Indonesia. Sebab, ketimpangan dapat menimbulkan konflik sosial, bahkan dapat meningkatkan terorisme di Tanah Air.

"Kalau bicara radikalisme, terorisme, kan hanya detailnya. Namun akarnya sebenarnya banyak, salah satu faktornya memang adalah miskin atau timpang. Sehingga mereka merasa bukan bagian dari negara ini, tersisihkan dan tercerabut," kata Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.

Suhariyanto juga tak menampik jika ketimpangan dapat menimbulkan sikap radikalisme dan terorisme. "Kalau itu terjadi (ketimpangan melebar), maka gampang dipengaruhi sehingga menimbulkan radikalisme, namun itu bukan satu-satunya faktor ya.” (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya