10 Tahun Lagi Generasi Milenial Sulit Punya Tanah

Pembangunan kompleks perumahan.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

VIVA.co.id – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengungkap fakta sulitnya generasi milenial yang lahir di rentang tahun 1989 sampai awal 2000 mendapatkan lahan di perkotaan. Pendapatan yang tidak sebanding dengan harga tanah yang semakin melonjak, menjadi salah satu alasan.

Komunitas Orang Papua di Yogyakarta Dukung Prabowo-Gibran Menang Satu Putaran

"Ada yang mengatakan, bahwa generasi milenial sepuluh tahun lagi tidak akan bisa mencicil rumah," kata Darmin dalam sebuah diskusi di kantornya, Jakarta, Kamis malam, 2 Februari 2017.

Berdasarkan catatan pemerintah dalam kurun waktu empat sampai lima tahun ke belakang, pendapatan yang diperoleh oleh sebagian masyarakat hanya mengalami kenaikan rata-rata sepuluh persen. Sementara harga tanah, justru naik berkisar diantara 15-20 persen.

Profil Andi Jerni, Atlet Karate yang Sentil Balik Omongan Megawati Soal Sumbangsih Generasi Milenial

Persoalan pun tidak sampai di situ. Darmin mengatakan, secara legalitas, lahan atau tanah yang dapat dipergunakan di seluruh wilayah Indonesia secara Undang-Undang hanya mencapai 33 persen. Sementara dari sisi geografis, hanya 34 persen. Artinya, persoalan lahan mencakup berbagai hal.

Apalagi, lanjut dia, meskipun Indonesia berada di urutan nomor dua sebagai kota terpadat di seluruh dunia setelah India, pulau Jawa menjadi yang mendapatkan peringkat pertama sebagai pulau terpadat di dunia. Darmin menegaskan, hal ini yang akan coba ditemukan solusinya oleh pemerintah.

Viral Lagi Video Megawati Remehkan Sumbangsih Generasi Milenial pada Negara, Disentil Atlet Karate

"Karena itu, persoalan lahan ini betul-betul serius," katanya.

Dengan melihat kondisi tersebut, Darmin memandang, persoalan lahan menjadi sangat kompleks. Menurutnya, ketersediaan lahan yang cukup bukan hanya diperuntukkan bagi masyarakat di pedesaan. Masyarakat di perkotaan, pun mengalami hal serupa seperti yang dirasakan masyarakat pedesaan.

"Jadi, dalam sepuluh tahun ke depan kita pasti akan ketinggalan. Jangan anggap ini persoalan agraris semata," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya