Pencopotan 'Matahari Kembar' Pertamina Dinilai Anomali

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Pencopotan jabatan dua pucuk pimpinan di tubuh PT Pertamina (Persero) cukup mengejutkan di tengah kinerja perusahaan yang terbilang bagus.

Jadi Top 5 Perusahaan TIC di Asia Pasifik, IDSurvey Tetapkan Visi Top 20 Global

Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang yang baru saja dicopot dari jabatannya sebagai Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama Pertamina, dinilai mampu membawa perusahaan minyak dan gas pelat merah itu menjadi lebih baik. Meskipun, banyak isu yang menyebut 'Matahari Kembar' atau dualisme kepemimpinan di Pertamina membuat kinerja terganggu.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Satya Widya Yudha mengatakan, keputusan melengserkan keduanya sangat tidak wajar dan aneh. Sebab, Pertamina selama kepemimpinan mereka mencatat kinerja yang sangat bagus.

Kementerian Ajak Pegawai BUMN 'Curhat' Demi Jaga Kesehatan Mental

"Pemutusan atau penggeseran direktur utama ini sangat anomali, dengan kinerja Pertamina yang membumbung tinggi dengan laba sekitar Rp40 triliun atau sekitar US$2 miliar, bahkan melebihi (laba) Petronas yang hanya US$1,6 miliar. Ini menurut saya mengejutkan," kata Satya di Jakarta, Minggu, 5 Februari 2017.

Dia menegaskan, keanehan itu diambil Menteri BUMN Rini Soemarno setelah mendapat restu dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), di saat Pertamina membukukan kinerja keuangan yang sangat positif.

Erick Thohir Rombak Jajaran Petinggi Pelindo, Agus Suhartono Masuk Jajaran Komisaris

Apalagi, Satya melanjutkan, kinerja Pertamina di masa pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) sudah separuh jalan. Sehingga, jika nantinya akan dipilih pemimpin baru, harus yang betul-betul memahami industri migas dan bisnis Pertamina.

"Tidak ada lagi kata transisi di dalam kepemimpinan di Pertamina, harus orang yang siap betul di dalam industri itu," kata dia.

Kemampuan itu diperlukan lantaran Pertamina selama ini menjadi kontributor terbesar pemberi dividen ke negara. Karena itu, dia berharap tidak ada lagi konflik di dalam tubuh BUMN tersebut.

"Tidak bisa dimungkiri bahwa Pertamina menyumbang cukup besar di dalam keuntungan itu. Sehingga sebetulnya kita berharap tidak ada lagi konflik apalagi yang bersifat pribadi. Maka, peranan dewan komisaris harus bisa meredam itu," ujar dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya