Tamansari Cyber Digadang Jadi Silicon Valley Indonesia

Proyek Tamansari Cyber
Sumber :
  • Istimewa

VIVA.co.id – Berdasarkan riset Growth from Knowledge pada 2015 lalu, kontribusi industri internet, --termasuk startup di dalamnya-- mencapai rata-rata 16,6 persen produk domestik bruto Indonesia per tahun pada kurun 2010 sampai 2015. Di Indonesia, ranum bisnis startup terjadi, seiring sejalan dengan penetrasi penggunaan internet dan smartphone.

Melantai di Bursa New York, PropertyGuru Raup Dana Segar US$254 Juta

Selain itu, ada pula peluang dari pemilik modal ventura (venture capitalist) yang punya minat tersendiri terhadap model usaha ini. Para ‘venture capitalist’ itu melirik startup sebagai bisnis potensial.

Ada lima jenis startup yang berpotensi mengundang minat venture capitalist. Kelima jenis startup itu adalah yang bergerak di bidang pengembangan teknologi virtual reality (VR), keamanan cyber, kesehatan konsumen, robotik, dan drone, serta internet.

Menerawang Efektivitas Perpanjangan Insentif PPN DTP Sektor Perumahan

Sebagai catatan penting terkait hal itu, hingga 2020 mendatang, akan ada 25 miliar objek yang terkoneksi dengan internet. Ini, tentu sangat menguntungkan Indonesia, mengingat nilai potensi ekonomi digital Indonesia pada 2020, akan mencapai 130 miliar dolar Amerika Serikat, atau sekitar Rp169 triliun (dengan kurs Rp13.000 per dolar AS). Jika konsep itu berjalan dengan baik, nilai itu akan tercapai.

Silicon Valley
Salah satu hal penting, agar bisnis startup dapat meraksasa adalah sistem pengelolaan data. Bagaimana pun, bisnis berbasis teknologi sangat bergantung pada sistem pengolahan dan pemrosesan data.

Dijual hingga Rp15 Miliaran, 486 Unit di Cluster Ini Laku dalam 2 Hari

Memiliki sistem pengolahan data, tentunya tak perlu kantor yang besar, dan umumnya itu menjadi prinsip anak-anak muda yang makin menggandrungi startup. Tak bisa dipungkiri, sejauh ini hampir semua inovasi digital seperti halnya Stripe, Facebook, Ubuntu, atau Firefox ditemukan oleh generasi muda di usia kurang lebih 20, atau 25 tahun, dan semuanya bermula dari rumah, bukan kantor yang besar.

“Prinsip ekonomi digital itu, rumahnya kan harus berkonsep digital, tetapi bisa produktif membangun ekonomi dari rumah. Nah, apakah sudah ada konsep hunian untuk mendukung kinerja seperti itu? Memang, ada program-program fiber masuk ke perumahan-perumahan berkonsep smart home, tetapi apakah itu sudah menjawab sebagai tempat nyaman bekerja dari rumah?” ujar CEO Cyber Park Indonesia, Dedi Yudiant, seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin 6 Februari 2017.

Dedi mengatakan, smart home dan cyber home sangat berbeda jauh. Jika smart home lebih kepada home user yang mengarah ke rumah konvensional mengarah digital, sedangkan konsep cyber home lebih kepada kapasitas bandwith internet untuk melengkapi perangkat digital di dalam rumah.

“Kalau mau beli smart home, orang cukup pilih rumah konvensional dengan dilengkapi perangkat internet. Tetapi, ini kami membangun cyber home sebagai rumah masa depan untuk generasi Y dan generasi Z," kata Dedi.

Tamansari Cyber dibangun dengan konsep cyber home di lahan seluas 13 hektare. Lokasinya berdekatan dengan Bogor Nirwana Residence (BNR), tepatnya di Kelurahan Mulyaharja, Bogor, Jawa Barat.

Untuk membangun proyek Tamansari Cyber itu Cyber Park Indonesia bekerja sama dengan PT Wika Realty. Khusus untuk mengembangkan perumahan tersebut sebagai cyber home, Cyber Park Indonesia menggandeng produsen fiber optik Powertel.

“Powertel membangun kawasan hunian ini dengan fasilitas mega fiber optik. Ini satu-satunya konsep cyber home, sekaligus menjadi komplek silicon valley-nya Indonesia,” ujar Dedi.

Dedi menambahkan, jika selama ini banyak rumah masih mengandalkan paket internet dengan kuota dari televisi berbayar, di Tamansari Cyber pihaknya membangun fasilitas akses internet berkapasitas besar dan cepat memakai fiber optik.

“Setiap rumah kami pasang internet kapasitas bandwith internet simetris upload dan download sama, yaitu 100 Mbps dan IP Public kalau ingin menghidupkan server sendiri dari rumahnya. Sekarang sudah progres menuju 1 Gbps di setiap rumah, bahkan mulai kami upgrade menjadi 10 Gbps," tambahnya.

Dedi menambahkan, hunian di perumahan ini pihaknya tak menjadikan kemewahan sebagai daya jual. Menurut dia, interior mewah sudah biasa, tetapi rumah dengan infrastruktur internet super kencang baru hal baru di Indonesia.

“Semua pengusaha, atau pebisnis daring (berbasis jaringan), atau pekerja di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi yang berkutat dengan internet bisa berkumpul di sini. Kecepatan internet di dalamnya sangat stabil, baik untuk mengunduh, atau mengunggah data di dalam rumah,” ujar Dedi.

Saat ini, tipe rumah Tamansari Cyber dirancang dalam dua jenis, yaitu Homepage dan Bandwith dengan jumlah total 331 unit. Untuk tipe Homepage seluas bangunan 75 meter persegi dan luas tanah 120 meter persegi, harga yang ditawarkan Rp1,2 miliar.

Adapun tipe Bandwith dengan luas bangunan 62 meter persegi dan luas tanah 105 meter persegi itu harganya dibanderol Rp1 miliar lebih.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya