Efek Trump, BI Diperkirakan Naikkan Suku Bunga

Presiden AS Donald Trump.
Sumber :
  • REUTERS

VIVA.co.id – Negara-negara di dunia, kini tengah menyoroti perekonomian Amerika Serikat, setelah Donald Trump terpilih menjadi Presiden. Satu per satu, Trump mulai merealisasikan janji kampanyenya yang membuat ketidakpastian perekonomian global.

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri memperkirakan, kebijakan penurunan pajak demi menarik dana AS, yang merupakan salah satu janji kampanyenya, dinilai akan berdampak terhadap suku bunga AS.

Menurutnya, hal itu berimplikasi pada kenaikan suku bunga Bank Sentral AS, atau Fed Fund Rate. Chatib memperkirakan, suku bunga The Fed tahun ini akan naik 75 basis poin secara bertahap.

BI Fast Payment, Jawaban untuk Kebutuhan Transaksi Murah

"Jika Trump memotong pajak, implikasinya defisit naik. Bond yield-nya juga akan naik. Maka, mau tidak mau, suku bunganya juga dinaikkan. Sebelum Trump, naik bond yeald-nya 10,6 persen, tetapi sekarang naik 80 basis poin. Maka (bunga), The Fed akan naikkan tiga kali 25 basis poin," ujarnya dalam acara Investor Gathering Indonesia EximBank di Ritz Carlton, SCBD, Jakarta, Selasa 7 Februari 2017.

Chatib memaparkan, jika suku bunga The Fed naik, imbasnya akan terjadi arus modal keluar dana asing di Indonesia. Untuk mencegah hal itu, maka Bank Indonesia akan ikut menyesuaikan suku bunga acuannya dalam hal ini, 7 days Repo Rate yang saat ini berada di level 4,75 persen.

Cadangan Devisa RI Februari 2022 Naik Tipis, Ini Pendorongnya

"Dalam kondisi seperti ini, BI tidak punya ruang lagi menurunkan suku bunganya. Kalau The Fed naikkan tiga kali, maka BI harus naikkan 25 basis poin," tuturnya.

Meskipun demikian, Chatib masih optimistis Indonesia masih menjadi tempat yang menarik bagi investor asing. Sebab negara-negara lain di regional, justru menerapkan suku bunga acuan negatif.

"Jepang itu negatif suku bunga, investor tidak mungkin menempatkan di sana. Mereka akan cari negara seperti Indonesia, yang pertumbuhannya baik dan suku bunganya juga baik. Jadi, investor tidak punya pilihan," tuturnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya