- VIVA.co.id/Romys Binekasri
VIVA.co.id – Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2016 sebesar 4,94 persen. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2016 mencapai 5,02 persen.
Meskipun begitu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, belum puas dengan hasil tersebut. Menurut dia, berdasarkan data statistik 2016, ada beberapa hal yang menjadi catatan dari pencapaian tersebut, terutama dari sisi investasi yang masih rendah.
"Permintaan masih robust (kuat), bahkan di atas pertumbuhan selama 10 tahun terakhir di atas lima persen. Tapi sisi investasi di bawah lima persen. Ini adalah PR (pekerjaan rumah) kita, diperbaiki 2017," ujar Sri Mulyani di Ritz Carlton, kawasan SCBD, Jakarta, Selasa, 7 Februari 2017.
Sementara itu, dia melanjutkan, pemotongan belanja pemerintah juga berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,15 persen. Namun, pemotongan ini dilakukan untuk menjaga agar kondisi fiskal tetap terjaga.
Di sisi lain, pemotongan belanja pemerintah berdampak positif pada penurunan defisit anggaran. Jika pada 2015 defisitnya mencapai 2,53 persen, tahun lalu defisit relatif lebih baik dengan 2,46 persen.
"Secara nominal memang belanja pemerintah merupakan salah satu faktor pertumbuhan semester kedua. Tapi, itu dibutuhkan untuk menjaga agar keberlanjutan kebijakan fiskal, dan tidak jadi persoalan kredibilitas," tuturnya.
Dia menambahkan, pertumbuhan ekspor pada akhir tahun lalu sudah menunjukkan perkembangan positif. Upaya ini diharapkan bisa terus dijaga pada tahun ini agar pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dapat tercapai. (art)