Dua Proyek Besar Kemenperin Digarap Tahun Ini

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Kawasan Industri Kendal.
Sumber :
  • dok. Kemenperin

VIVA.co.id – Proyek Strategis Nasional di Kementerian Perindustrian untuk tahun ini terdiri atas proyek pengembangan kawasan industri  dan pengembangan pembangunan pesawat jarak menengah. 

Yuk Simak! Keberlanjutan Pemulihan Ekonomi Nasional 2022

"Tahun ini disetujui sebagai PSN, ya segera bisa dibangun tahun ini," ujar Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika I Gusti Putu Suryawirawan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta pada Jumat, 10 Februari 2017.

Direncanakan pengembangan KI dilakukan di lima wilayah, yaitu Bima, Serang, Dumai, Tanjung Kuning, dan Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur. 

Buka Beasiswa LPDP 2022, Menkeu Minta Pengelola Dana Abadi Transparan

Sebagai gambaran biaya proyek pengembangan KI, di JIIPE, Gresik ini memerlukan biaya Rp50 triliun untuk jangka waktu 10 tahun, yang digarap oleh pihak swasta dan PT Pelindo III. 

"Jadi dukungan pemerintah lebih kepada kawasan akses. Kalau untuk kawasan itu kontribusi jalan menuju ke sana, listrik menuju ke sana, pembangunan perkotaan di sekitarnya. Yang bangun kawasannya swasta," tuturnya. 

Sri Mulyani: Subsidi Jadi Belanja APBN Terbesar pada Januari 2022

Sementara proyek penyediaan pesawat jarak menengah, yang akan dikembangkan adalah pesawat tipe N245 dengan kapasitas 50 penumpang dan pesawat tipe R80 dengan kapasitas 80 penumpang.

Pesawat tipe N245 dikerjakan oleh PT DI Dirgantara Indonesia, sedangkan tipe R80 dikerjakan oleh PT Regio Aviasi Industri. 

Pada pengembangan pesawat terbang ini pemerintah mengembangkan infrastruktur pendukung, misalnya fasilitas R&D, fasilitas pengujiannya untuk peningkatan SDM. 

"Peran pemerintah lebih kepada menyediakan infrastruktur pendukung untuk mendukung mereka (PTDI dan PT Regio Aviasi Industri) supaya mereka bisa tetap kompetitif, karena itu kan teknologi tinggi," kata Putu. 

Ia menambahkan, pada tahun ini pemerintah dengan pihak terkait sedang akan susun prototipenya  dengan hitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Namun, ia memperhitungkan TKDN bisa di atas 40 persen. Mesin sisanya akan impor dari Amerika Serikat atau Eropa. 

Sementara, diperhitungkan kedua perusahaan ini perlu mengeluarkan biaya produksi sekitar US$180 juta-US$200 juta. 

"Kalau pesawat prototipe kalau dia dari nol itu bisa US$500 juta-US$600 juta untuk ukuran pesawat kecil-kecil. Ini kan pesawat yang penumpang 80, tapi kan PTDI dan PT RAI kan enggak dari nol. Sudah berpengalaman semua. Untuk kurangi risiko makanya ini dimasukkan ke dalam PSN," kata Putu. 

Selain itu, pada 2020 kemungkinan pesawat ini sudah bisa beroperasi. "Kalau sudah bisa terbang kan tinggal diurus sertifikasi. Tinggal tunggu Perpres (Peraturan Presiden) aja," tuturnya. 

Sebagai informasi, saat ini permintaan tipe pesawat 30-60 penumpang sedang besar. Permintaan dalam negeri sekitar 120 unit dan di mancanegara sekitar 800 unit.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya