BI Tak Gegabah Longgarkan Kebijakan Moneter

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (tengah).
Sumber :
  • VIVA.co.id/Chandra G. Asmara

VIVA.co.id – Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 4,75 persen, dengan suku bunga deposito di level empat persen dan suku bunga pinjaman 5,5 persen

Perkuat Bauran Kebijakan, Bank Indonesia Ungkap Manuver dan Inovasinya

Dengan keputusan tersebut, apakah bank sentral akan kembali membuka ruang pelonggaran kebijakan moneter?

“Kami sampaikan bahwa stance kami cautiously accommodative, masih sama seperti bulan lalu,” ungkap Gubernur BI Agus Martowardojo dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis 16 Februari 2017.

Sri Mulyani: Kita Tidak Boleh Abaikan Risiko Resesi, Sebab...

Agus menjelaskan, bank sentral tidak bisa begitu saja melonggarkan kebijakan moneter di tengah sejumlah tantangan ke depan. Mulai dari kondisi dalam negeri, sampai dengan perekonomian global yang masih menghantui sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Dari dalam negeri, dampak penyesuaian harga yang diatur pemerintah (administered price) terhadap inflasi tahun ini masih menjadi salah satu kekhawatiran bank sentral. Namun, koordinasi dengan pemerintah pusat, maupun daerah pun akan tetap dilakukan sebagai langkah antisipasi.

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

“Kami ingin meyakinkan kalau ada risiko penyesuaian administered price. Kami juga sepakat, harus ada waktu yang tepat untuk menjaga administered price, sehingga secara bersamaan inflasi IHK bisa terjaga,” katanya.

Sementara itu, dari sisi global, perkembangan perekonomian Amerika Serikat juga masih menjadi kewaspadaan bank sentral. Terutama, dari pernyataan bank sentral AS, yang membuka peluang untuk menaikkan tingkat suku bunga acuannya menjadi tiga kali tahun ini.

“Tentu ini menjadi perhatian kita. Kami akan menyimak apa akan ada peningkatan The Fed lebih awal,” kata Agus.

Selain itu, mantan menteri keuangan tersebut mengatakan, arah kebijakan fiskal Presiden AS Donald Trump juga menjadi salah satu kekhawatiran bank sentral. Namun, secara garis besar, Agus mengatakan, fundamental Indonesia masih kuat menahan sentimen negatif hal itu.

“Dari kajian yang kami lakukan selama dua hari, ekonomi Indonesia dalam keadaan terjaga. Stabilitas terjaga dan ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang membaik,” ujarnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya