BI Proyeksikan Harga Komoditas RI Bergeliat di 2017

Ilustrasi/Pekerja tambang batu bara
Sumber :
  • China Daily/REUTERS

VIVA.co.id – Bank Indonesia memproyeksikan harga sejumlah komoditas strategis Indonesia kembali bergeliat tahun ini. Kenaikan terbesar, terjadi di komoditas batu bara, yang diperkirakan mampu melonjak 21,5 persen pada tahun ini.

Ada Konflik di Timur Tengah, Bos BI Pede Ekonomi RI Tetap Kuat

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Yoga Affandi mengungkapkan, membaiknya harga komoditas, tentu akan memberikan angin segar bagi aktivitas perdagangan nasional, yang memang selama ini mengandalkan sektor pertambangan.

“Kami lihat angkanya mulai positif. Kami memandang, tahun 2017 bisa menjadi tahun yang positif,” jelas Yoga dalam sebuah diskusi di Bandung, Jawa Barat, Sabtu 18 Februari 2017.

Daftar Harga Pangan 24 April 2024: Beras hingga Gula Konsumsi Naik

Berdasarkan data yang diolah bank sentral, selain batu bara, harga timah juga diproyeksi naik menjadi 15,2 persen tahun ini. Kemudian, disusul dengan harga alumunium yang mencapai 13,5 persen, atau meningkat pesat dari posisi 2016 yang hanya minus 3,5 persen.

Kemudian, disusul dengan harga komoditas karet dan tembaga, yang masing-masing mengalami peningkatan mencapai 12,8 persen dan 12,4 persen. Padahal, pada tahun lalu karet tercatat minus empat persen. Sementara tembaga, juga minus 11,7 persen.

Daftar Harga Pangan 23 April 2024: Daging Sapi hingga Telur Ayam Turun

Di samping itu, bank sentral juga memperkirakan harga kopi, harga nikel, dan lain-lain juga mencatatkan kenaikan. Sementara harga minyak kelapa sawit tahun ini, diproyeksikan naik 5,3 persen, atau lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 19,8 persen.

Yoga memandang, perbaikan harga komoditas akan memberikan sentimen positif, terutama bagi pergerakan nilai tukar rupiah ke depan. Apalagi, proyeksi tersebut telah tercermin dari wilayah penghasil komoditas yang mencatatkan pertumbuhan positif di kuartal IV 2016.

"Kami cukup optimis, harga komoditas bisa memperbaiki penerimaan ekspor non minyak dan gas. Ini akan menyumbang penguatan nilai tukar rupiah,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya