Hanya Pariwisata yang Bisa Picu Perdagangan dan Investasi RI

Candi Borobudur.
Sumber :
  • REUTERS/Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto

VIVA.co.id – Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan pendapatan negara melalui devisa adalah melalui sektor pariwisata. Oleh karenanya, pengembangan sektor ini pun menjadi hal yang harus sangat diprioritaskan oleh para pemangku kebijakan.

Wajib Halal Oktober 2024, BPJPH Yakin Dorong Pengembangan Pariwisata Ramah Muslim di RI

Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan, di antara tiga orientasi ekspor yakni perdagangan, investasi dan tourism, hanya sektor pariwisata lah yang dinilai bisa menjadi pionir, guna memicu pertumbuhan ekonomi perdagangan dan investasi di Indonesia.

"Indonesia masih sangat sulit unggul di perdagangan dan investasi, bahkan untuk mengalahkan Singapura sekali pun. Tapi kita bisa jadi destinasi utama pariwisata dunia, sekaligus tourism hub yang juga bisa ikut menumbuhkan sektor perdagangan dan investasi tersebut," kata Arief di kantornya, Jakarta, Senin 20 Februari 2017.

Harga Tiket Pesawat Domestik Bikin Masyarakat Menjerit, Sandiaga Uno: Itu Kelas Bisnis!

Arief menjelaskan, tidak adanya industri terbaik dari Indonesia untuk ditampilkan di dunia internasional, membuat negara ini sulit bersaing dengan ekonomi kreatif khas Korea Selatan, industri digital Amerika, atau bahkan kedigdayaan sektor otomotif Jepang sekali pun.

"Kalau di level provinsi, Bali atau Yogya, memang ada. Tapi secara bangsa juga belum bisa digaungkan sebagai yang terbaik di tataran regional maupun global," kata Arief.

Labuan Bajo Siap Sambut Wisatawan! Temukan Peluang Baru di Webinar Outlook Kepariwisataan NTT

Oleh karena itu, Arief menegaskan jika penguatan sektor pariwisata harus bisa menjadi core bisnis bagi Indonesia, agar negara ini bisa ikut bersaing dalam perekonomian global di antara negara-negara lain di dunia.

Arief pun berharap agar pemerintah bisa memprioritaskan anggaran di sektor pariwisata, termasuk dalam hal penyediaan sarana dan prasarana seperti kelayakan bandara berkelas internasional, guna memenuhi konsekuensi logisnya.

"Karena kalau kita mau jadi destinasi utama pariwisata dunia, maka kita harus punya bandara kelas internasional. Jadi untuk 10 destinasi wisata itu, wajib memiliki bandara internasional. Enggak perlu ditanya lagi nantinya karena itu adalah konsekuensi logis dari daerah-daerah yang kita jadikan prioritas tujuan wisata," ujarnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya