Kemenkeu Ragu Raja Arab Bakal Borong Surat Utang RI

Gedung kementerian Keuangan
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengaku ragu, kunjungan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud yang akan berlangsung di awal bulan depan, akan ikut mengerek pembelian surat utang di Indonesia. Ada alasan tersendiri, yang mendasari hal tersebut.

7 Pria Dieksekusi oleh Arab Saudi Gegara Tuduhan 2 Hal Mengerikan

Direktur Strategi dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan, Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Schneider Clasein Siahaan menilai, kecil kemungkinan bagi pemerintah Arab Saudi, untuk membeli surat utang pemerintah Indonesia, meskipun dengan iming-iming bunga tinggi.

“(Indonesia dan Arab Saudi) senasib. Sama-sama cari pembiayaan,” ungkap Schneider saat ditemui di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin 27 Februari 2017.

Sambangi Arab Saudi, Menhan Prabowo Disambut Putra Raja Salman

Schneider menjelaskan, ketika harga minyak dunia melambung tinggi, perekonomian di Arab Saudi memang mampu tumbuh cemerlang. Namun, ketika harga minyak jatuh, maka pemerintah Arab Saudi pun membutuhkan pembiayaan, sebagai biaya kompensasi seretnya penerimaan.

Misalnya, seperti langkah salah satu Badan Usaha Milik Negara Arab Saudi, Saudi Aramco, yang berencana menerbitkan surat utang, untuk pembiayaan beberapa kilang minyak, yang sebelumnya sudah disepakati melalui kerja sama business to business.

Warteg Luncurkan 'Sumbangan 2 T' hingga Rombongan Motor Bentrok

“Sekarang mereka harus membayar subsidi dengan turunnya harga minyak. Kami sudah bertemu dengan negara-negara teluk, dan mereka siap menerbitkan global bond untuk memenuhi budget-nya,” ujarnya.

Secara garis besar, lanjut dia, kondisi Indonesia dan Arab Saudi tidak jauh berbeda, dan sama-sama membutuhkan pembiayaan melalui penerbitan surat utang. Maka dari itu, pangsa pasar utama surat utang Indonesia, memang masih berada di kawasan Eropa, dan benua Amerika.

“Pasar global itu sebetulnya luas sekali. Kita dari teluk juga tidak terlalu besar, banyak malah dari Eropa. Seperti di Eropa Barat, Amerika, pokoknya negara maju yang investor banyak duit,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya