Penuhi Kebutuhan Air, Empat Bendungan Dibangun di NTT

Proyek bendungan di Nusa Tenggara Timur.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA.co.id – Guna menanggulangi masalah kesulitan air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tengah menyelesaikan tiga bendungan, dan penambahan satu bendungan lainnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Cek Bendungan di Gorontalo Bareng Rachmat Gobel, Jokowi: Proyeknya Selesai Akhir 2024

Ketiga bendungan tersebut yakni Bendungan Raknamo (Kabupaten Kupang), Bendungan Rotiklot (Kabupaten Belu), dan Bendungan Napun Gete (Kabupaten Sikka). Sementara satu bendungan lainnya adalah Bendungan Temef (Kabupaten Timor Tengah Selatan), yang pembangunannya akan dimulai pada 2017 ini.

"NTT sering mengalami kesulitan air untuk memenuhi kebutuhan permukiman perkotaan, peternakan, dan pertanian. Ketersediaan air jadi salah satu faktor penting pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di NTT," kata Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, dalam keterangan tertulisnya, Kamis 2 Maret 2017.

Menteri PUPR: 61 Bendungan Bakal Rampung di Oktober 2024

Sejak dilakukan groundbreaking oleh Presiden Joko Widodo pada Desember 2014 lalu, progres pembangunan Bendungan Raknamo yang dikerjakan PT Waskita Karya di Kabupaten Kupang dengan biaya sebesar Rp710 miliar, telah mencapai 87,11 persen dari target penyelesaiannya pada Juli 2017 mendatang.

Bendungan Raknamo diharapkan mampu menyediakan air baku di Kabupaten Kupang dengan debit sebesar 100 liter per detik, mengirigasi 1.250 hektare lahan pertanian di Kecamatan Naibonat, Desa Raknamo, dan Desa Manusak.

Bendungan Sungai Runtuh, Rusia Dilanda Banjir Besar hingga Merugi Rp 3,5 Triliun

"Juga untuk pengendalian banjir daerah hilir Kota Kupang, pengembangan pariwisata, serta pembangkit listrik tenaga mikro dengan daya 0,22 megawatt," kata Basuki.

Sementara untuk pembangunan Bendungan Rotiklot yang di-groundbreaking Presiden Joko Widodo pada 28 Desember 2015 lalu, hingga kini progresnya telah mencapai 44 persen, lebih cepat dari target sebesar 33 persen yang harus dicapainya saat ini.

Dikerjakan oleh PT Nindya Karya dan PT Universal Suryaprima (KSO) dengan nilai kontrak sebesar Rp470 miliar, Bendungan Rotiklot ini memiliki daya tampung sekitar 2,67 juta kubik dan ditargetkan rampung pada 2018.

"Bendungan Rotiklot ini diharapkan mampu mengairi jaringan irigasi seluas 139 hektare (padi), 500 hektare (palawija), mengurangi debit banjir 500 meter kubik per detik, penyediaan listrik 0,15 megawatt, dan suplai air baku untuk masyarakat dan Pelabuhan Atapupu sebesar 40 liter per detik," tuturrnya.

Untuk pembangunan Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka, kontraknya telah ditandatangani pada Desember 2016 lalu dengan PT Nindya Karya (Persero) sebagai kontraktor, dengan nilai kontrak sebesar Rp849,9 miliar. Progres fisiknya sampai saat ini mencapai 0,7 persen dan ditargetkan selesai pada akhir 2020.

Meski demikian, Kementerian PUPR juga berupaya mempercepat proses pembangunan Bendungan Napun Gete, sehingga diharapkan dapat selesai dalam waktu kurang dari lima tahun sejak penandatanganan kontrak.

"Saya selalu mengingatkan kontraktor untuk memacu progres fisik pembangunan bendungan. Kalau normalnya lima tahun, kita upayakan untuk selesai dalam 3-4 tahun saja,” kata Basuki.

Bendungan Napun Gete ditargetkan memiliki volume tampungan sebanyak 7,63 juta meter kubik, guna mengairi irigasi seluas 700 hektare, menyediakan air baku sebanyak 0,20 meter kubik per detik, dan memiliki potensi pembangkit tenaga listrik sebesar 0,71 megawatt.

Pada tahun 2017, rencananya juga akan dimulai pembangunan Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan, yang akan menjadi bendungan terbesar di NTT dengan daya tampung sebesar 81,15 juta meter kubik.

Diharapkan, bendungan ini mampu memenuhi kebutuhan jaringan irigasi seluas 6.000 ha, memenuhi kebutuhan air baku sebesar 0,13 meter kubik per detik, serta menghasilkan listrik sebesar 2,8 megawatt.

"Di masa mendatang diharapkan NTT tidak lagi mengalami kekeringan. Selama ini, masyarakat memenuhi sebagian besar kebutuhan air dari sumur bor yang dikelola oleh PDAM dengan menggunakan mesin pompa," kata Basuki.

"Bahkan di kawasan pedesaan, sebagian besar masyarakat belum terjangkau oleh sistem perpipaan, sehingga harus mengambil air dari sumber yang cukup jauh,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya