Investasi Arab Saudi di Migas RI Tak Besar, Ini Kendalanya

Diskusi Energi Kita di Hall Dewan Pers, Jakarta, Minggu 5 Maret 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA.co.id – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tengah berupaya menggairahkan kembali investasi minyak dan gas bumi atau migas di dalam negeri. Belajar dari pengalaman baru-baru ini, investasi migas di Malaysia disebut-sebut lebih besar ketimbang investasi migas di Indonesia.

Lalui Seleksi Ketat, 63 Reksa Dana Sabet Penghargaan Best Mutual Fund Awards 2024

Hal itu terlihat, pada penandatanganan perjanjian investasi antar BUMN Arab Saudi dengan Indonesia, yaitu Saudi Aramco dengan Pertamina disepakati dengan besaran investasinya hanya US$6 miliar di kilang Refinery Development Masterplan Program (RDMP) Cilacap.

Sedangkan, Investasi Saudi Aramco di Malaysia tercatat lebih besar nilainya, yaitu pada pembangunan kilang minyak dengan Petronas yang sebesar US$7 miliar di proyek Refinery and Petrochemical Integrated Development (RAPID) di Pengerang, Johor. 

Perprindo Protes Permenperin Baru soal Impor Elektronik Picu Ketidakpastian Hukum, Ini Penjelasannya

Direktur Jenderal Migas, IGN Wiratmaja Puja mengatakan, pemerintah tengah mempercantik investasi sektor hulu hingga hilir melalui berbagai macam insentif. Hal inilah yang dapat menjadi jurus bagi pemerintah mengalahkan kompetitornya. 

"Jadi dunia investasi saat ini memang kompetisi global, jadi kita perlu lebih atraktif, begitu juga di hulu dan hilir ini tantangan besar sekali, salah satu memang Malaysia (kompetitor)," ujar Wirat dalam diskusi Energi Kita di Hall Dewan Pers, Jakarta, Minggu 5 Maret 2017. 

Simak, Begini Cara Kerja Manajer Investasi Reksa Dana

Cara menggairahkan investasi tersebut, kata Wirat, adalah dengan memberikan berbagai macam insentif bagi investasi hulu migas. Bahkan, dengan mempermudah perizinan yang ada di sektor migas saat ini.

"Ini sangat terkait dengan berbagai regulasi, jelas kita sudah punya politik yang stabil, masyarakat yang ramah, tapi investasi belum naik. Nah yang perlu dilakukan adalah di regulasi dan perizinan ini sebagai salah satu yang harus diperhatikan," ujar dia. 

Wirat merincikan, diantara insentif yang diberikan bagi investor, khususnya yang melakukan investasi pada pembangunan kilang, akan diberikan izin niaga atau hingga menjual produk akhir Bahan Bakar Minyak (BBM). 

"Insentif kita salah satunya kalau mereka mau bangun kilang, kita langsung kasih ke retail, kita kasih izin niaga langsung, arahnya ke sana," tutur dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya