Waskita Karya Bagi Keuntungan Rp513 Miliar

Salah satu proyek PT Waskita Karya Tbk di kawasan Epicentrum.
Sumber :
  • Rizki AR/ VIVAnews

VIVA.co.id – Manajemen PT Waskita Karya Tbk, memutuskan untuk membagikan keuntungan, atau dividen sebesar Rp513 miliar, atau setara 30 persen dari porsi laba bersih sebesar Rp1,71 triliun di 2016.

Cinema XXI Tebar Dividen 2023 Rp 666 Miliar

Direktur Utama Waskita Karya, M. Choliq mengatakan, hal tersebut telah disetujui oleh para pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan 2016.

"Saham dividen setara Rp513 miliar, setara 30 persen dari laba bersih. Setara juga dengan Rp37,87 per lembar saham," kata Choliq ditemui, usai RUPST perseroan di Kantor Pusat Waskita Karya, Jakarta, Jumat 17 Maret 2017.

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 4,8 Triliun pada 2023, Anjlok 10,5 Persen

Menurutnya, pembagian dividen akan diumumkan di koran paling lambat Selasa 21 Maret 2017. Pengumuman itu, akan diberitakan kapan dan mekanisme pembagian dividen.

"Akan diumumkan di koran paling lambat hari Selasa, kapan akan dibagikan dan bagaimana tata cara pembagian dividen," tuturnya.

Laba Vale Indonesia Kuartal III-2023 Turun Jadi US$52,6 Juta, Ini Pemicunya

Waskita Karya membukukan laba bersih perseroan sebesar 62,86 persen dari posisi Rp1,05 triliun di 2015 menjadi Rp1,71 triliun di tahun lalu.

Peningkatan laba yang signifikan didorong oleh pendapatan perusahaan. Tercatat, pada tahun lalu pendapatan emiten dengan kode ticker WSKT, naik 63,84 persen menjadi Rp23,79 triliun, padahal pendapatan periode 2015, hanya terkumpul sebesar Rp14,15 triliun.

Kenaikan pendapatan WSKT dikontribusikan dari bisnis konstruksi yang naik menjadi Rp22,37 triliun dari posisi sebesar Rp12,04 triliun. Bisnis jalan tol perusahaan juga mengalami peningkatan, dari Rp31,79 miliar di 2015, menjadi Rp218,05 miliar. Sedangkan bisnis hotel, juga mengalami pertumbuhan, dari Rp10,34 miliar menjadi Rp11,29 miliar.

Selama 2016, perseroan juga meraih pendapatan dari bisnis properti dan energi, masing-masing sebesar Rp34,12 miliar dan Rp1,82 miliar. Pada 2015, perusahaan di bawah naungan BUMN ini sama sekali belum mendapatkan revenue dari sektor properti dan energi.

Sementara itu, tingkat pendapatan yang naik juga menimbulkan beban pokok pendapatan yang melonjak 61 persen, dari Rp12,23 triliun di 2015, menjadi Rp19,82 triliun di akhir Desember 2016. Beban umum dan administasi ikut terkerek menjadi Rp755 miliar, dari porsi sebelumnya sebesar Rp480,43 miliar.

Sedangkan tingkat aset di 2016, porsinya mengalami peningkatan 102,64 persen, dari Rp30,31 triliun menjadi Rp61,42 triliun. Dengan tingkat ekuitas dan liabilitas masing-masing menjadi Rp16,77 triliun dan Rp44,65 triliun. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya