- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id – Bank Dunia memproyeksikan produk domestik bruto Indonesia pada tahun ini, mampu berada di kisaran 5,2 persen. Pada 2018 mendatang, pertumbuhan ekonomi bisa berada di angka 5,3 persen. Proyeksi tersebut, dengan asumsi seluruh komponen pengeluaran tahun ini stabil.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Hadad memandang, meskipun proyeksi tersebut di atas target pemerintah, namun angka pertumbuhan lima persen bagi negara berkembang seperti Indonesia, dianggap belum cukup untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat ke tingkat selanjutnya.
"Butuh pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi untuk mendorong lapangan kerja dan jabatan middle income," jelas Muliaman, Jakarta, Rabu 22 Maret 2017.
Pemerintah bersama para pemangku kepentingan terkait, kata Muliaman, pun telah berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dengan berbagai cara. Mulai dari percepatan pembangunan infrastruktur, sampai meningkatkan iklim investasi dengan berbagai kemudahan.
Namun, dalam hal pembangunan, harus diakui bahwa dibutuhkan sumber pendanaan yang signifikan dalam jangka panjang. Selain dari sisi pendanaan, kondisi eksternal juga pada akhirnya mau tidak mau menjadi kekhawatiran yang menyebabkan kondisi perekonomian mengalami tekanan.
"Ketergantungan pendanaan asing, membuat Indonesia lebih rentan. Penting bagi Indonesia, untuk memobilisasi sumber dana domestik, karena APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) terbatas. Sektor keuangan, bisa jadi katalis untuk mendorong ekonomi domestik," ujarnya. (asp)