Ini Penyebab Generasi Milenial Susah Punya Rumah di Jakarta

Country General Manager Rumah123, Ignatius Untung
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA.co.id – Kebutuhan hunian di Ibu Kota dan kemampuan masyarakat dalam memilikinya selalu menjadi masalah yang sulit dipenuhi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Apalagi,harga properti di Ibu Kota semakin tinggi dan kian sulit dijangkau banyak warga, terutama mereka yang masuk ke dalam kelompok generasi milenial kelahiran tahun 1980 sampai 2000-an.

Melantai di Bursa New York, PropertyGuru Raup Dana Segar US$254 Juta

Menurut Country General Manager Rumah123, Ignatius Untung, itulah salah satu tantangan bagi pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Siapa pun pemenang Pilkada April nanti harus mampu memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat Ibu Kota, khususnya bagi para generasi milenial tersebut.

"Kita mau menantang para paslon di Pilkada DKI, mengenai apakah mereka bisa memenuhi kebutuhan milenial yang jumlahnya mencapai 30 persen di Jakarta, dan hampir 50 persen dari pemilih mereka di ajang pilkada tersebut," kata Untung dalam sebuah diskusi di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Rabu 22 Maret 2017.

Menerawang Efektivitas Perpanjangan Insentif PPN DTP Sektor Perumahan

Untung menjelaskan, poin utama permasalahan ini salah satunya terletak pada daya jangkau finansial dari para kelompok milenial. Sekitar 46 persen dari mereka yang berpenghasilan di bawah Rp4 juta hanya akan mampu membayar cicilan hunian mereka sebesar Rp1,3 juta per bulannya.

Sulit Bayar Cicilan

Dijual hingga Rp15 Miliaran, 486 Unit di Cluster Ini Laku dalam 2 Hari

Selain itu, jumlah 34 persen dari kelompok milenial ini bergaji bulanan antara Rp4-7 juta. Itu pun hanya mampu membayar angsuran sekitar Rp2,1 juta per bulan.

Sementara 14 persen yang memiliki gaji Rp7-12 juta hanya akan mampu membayar cicilan sekitar Rp3,6 juta per bulan, dan enam persen dari mereka bergaji di atas Rp12 juta pun hanya akan mampu membayar cicilan sekitar Rp4,5 juta per bulan.

"Asumsi itu kita dasarkan pada harga properti Rp480 juta ke bawah. Padahal, kalau di Jakarta, mana ada lagi harga hunian segitu. Kalaupun ada, itu pun terbatas pada hunian vertikal subsidi milik pemerintah saja," kata Untung. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya