Penerimaan Negara di Sektor Migas Terus Melorot

Ladang Minyak di Jambi
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Kementerian Keuangan melaporkan penerimaan negara dari sektor minyak dan gas anjlok secara signifikan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Dari yang sebelumnya mampu berkontribusi di atas Rp300 triliun, turun ke bawah Rp100 triliun.

Dijual Presidennya, Cadangan Emas Venezuela Terendah Sejak 50 Tahun

Berdasarkan data Kementerian Keuangan penerimaan sektor migas dalam kurun waktu 2012-2014 tercatat mencapai Rp300 triliun. Namun pada tahun lalu, kontribusi dari sektor tersebut hanya berada di kisaran Rp80-90 triliun. 

Padahal selama ini sektor migas sebagai penggerak ekonomi nasional. Anjloknya penerimaan di sektor migas menekan anggaran pendapatan dan  belanja negara. 

Jokowi Tingkatkan Target Pendapatan Negara dalam RAPBN 2022

Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Askolani mengungkapkan, total penerimaan dalam rentang 2012-2014 tidak jauh berbeda dengan nilai subsidi bahan bakar minyak dan kelistrikan yang diberikan pemerintah, sebesar Rp350 triliun. Apabila pada tahun 2015 pemerintah tidak melakukan reformasi energi, tentu beban subsidi akan menggerus APBN.

“Untungnya 2015 pemerintah mengubah kebijakan subsidi energi dan listrik. Kalau tidak diubah pak Menteri, habis kita,” jelas Askolani, Jakarta, Jumat 24 Maret 2017.

Airlangga Tekankan UU Cipta Kerja Bantu RI Keluar dari Jebakan

Sebagai pengelola kas keuangan negara, ia katakan, fungsi dari APBN adalah untuk pembangunan. Dana-dana untuk mempercepat pembangunan berasal dari pos-pos penerimaan di berbagai sektor, tak terkecuali bagi sektor migas. 

Meski terjadi penurunan penerimaan migas, pemerintah masih bisa menjaga kas negara aman.

“Kami masih bisa menjaga defisit di bawah tiga persen dari PDB (produk domestik bruto). Ini tantangan ke depan, dan bukan hanya tanggung jawab perusahaan migas,” katanya.

RI bukan satu-satunya

Askolani mengakui, rendahnya pendapatan setoran migas tak terlepas dari kondisi harga minyak yang terus berfluktuasi. Bukan hanya Indonesia yang terkena dampak dari keadaan tersebut, melainkan juga negara-negara lainnya seperti Rusia, Arab Saudi, maupun negara Timur Tengah lainnya.

Misalnya, Arab Saudi. Askolani mengatakan, negara tersebut bahkan harus menaikkan harga bahan bakar minyak untuk menambal kas negaranya, di tengah harga minyak yang terus menurun. Kondisi tersebut, memang harus disikapi dengan bijak, karena berpengaruh terhadap seluruh negara.

“Sehingga, tantangan ini bukan hanya bagi kita, tetapi industri migas di negara lain,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya