Kerja Sama Eksplorasi Migas, Ini Keuntungan Pihak Daerah

Kegiatan industri migas/Foto ilustrasi.
Sumber :
  • ANTV/Veros Afif

VIVA.co.id – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, atau SKK MIgas mendukung penuh seluruh pemangku kepentingan di daerah untuk terlibat dalam kegiatan industri hulu minyak dan gas bumi.

SKK Migas: Komersialisasi Migas Harus Prioritaskan Kebutuhan Dalam Negeri

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, saat sambutan pembukaan acara bertema Temu Usaha Hulu Migas dengan Para Pengguga Gas, hari ini di Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, mengatakan, seluruh pihak harus berkomitmen untuk mewujudkan pemanfaatan sumber daya alam di daerah dengan efektif dan efisien.

"(Termasuk) bagaimana membangun daerah dari potensi migas yang dimiliki,” kata Amien dikutip dari keterangan resminya, Kamis 29 Maret 2017. 

Dukung Produksi, 15 Proyek Migas Siap Beroperasi di 2024

Dia menjelaskan, daerah penghasil migas akan menerima dana bagi hasil (DBH) dan peluang mendapatkan participating interest (PI) maksimal 10 persen. Namun, sejatinya, potensi mendapatkan efek berganda (multiplier effect) dari kegiatan hulu migas tidak hanya itu.

Adanya proyek hulu migas diharapkan dapat melibatkan badan usaha milik daerah (BUMD) dan perusahaan swasta daerah untuk mendapatkan pekerjaan sesuai kemampuan masing-masing. Lapangan pekerjaan pun bertambah cukup signifikan. 

Target Investasi Hulu Migas 2023 Tak Capai Target, Kepala SKK Migas Ungkap Kendalanya

Dia mencontohkan, proyek Banyu Urip di Wilayah Kerja Cepu di Bojonegoro misalnya. Masyarakan di daerah tersebut dan pemangku kepentingan lain sudah berhasil mendapatkan banyak manfaat dari ekplorasi itu.

Amien mengingatkan, di beberapa daerah lain yang memiliki cadangan migas, justru meningkatkan ego regional dan sektoral. Diharapkan, ke depan, rasa ego ini bisa diredam. Kuncinya kolaborasi yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah kabupaten dan provinsi, serta investor, dan pemangku kepentingan lainnya. 

“Daerah bukan menjadi obyek bisnis, namun didorong menjadi subjek agar tumbuh dan mandiri,” katanya. Hadir pada kesempatan tersebut Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola, Bupati Banggai, Herwin Yatim, dan puluhan pengusaha pengguna gas tingkat nasional dan daerah.

Berdasarkan data SKK Migas, pasokan gas di Kabupaten Banggai mencapai 415 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dengan masa produksi hingga tahun 2027 yang berasal dari Lapangan Senoro dan Lapangan Cendanapura yang dikelola JOB Pertamina-Medco E&P Tomori sebesar 310 MMSCFD dan Lapangan Matindok yang dikelola Pertamina EP sebanyak 105 MMSCFD. 

Pemanfatan alokasi gas tersebut sebesar 335 MMSCFD untuk Donggi Senoro LNG; 55 MMSCFD untuk PT. Panca Amara Utama guna mendukung kebutuhan pupuk; 5 MMSCFD ke PT. PLN untuk kelistrikkan Kabupaten Banggai; dan 20 MMSCFD untuk PT. PLN.

Selain Banggai, Sulawesi Tengah juga memiliki Lapangan Tiaka, yang dikelola JOB Pertamina-Medco E&P Tomori yang gas suar (flare gas) sebesar 3-6 MMSCFD dimanfaatkan oleh BUMD Kabupaten Morowali guna sektor kelistrikan.

Gubernur Sulawesi Tengah menegaskan besarnya potensi migas di wilayahnya. Dia berharap seluruh pihak berpegang teguh pada asas keseimbangan dan keterbukaan dalam memanfaatkan besarnya potensi ini. 

“Jangan sampai masyarakat Sulawesi Tengah seperti peribahasa jangan jadi tikus yang mati di lumbung padi,” katanya. 

Dia menjelaskan, elektrifikasi kelistrikan di Sulawesi Tengah sekitar 75 persen. Di Kabupaten Banggai Laut angkanya baru 50 persen. 

Sementara itu di Kabupaten Morowali Utara terdapat industri nikel yang saat ini tengah membangun dan merencanakan setidaknya lima smelter. Permasalahan kebutuhan gas bumi di wilayah sekitar Kabupaten Banggai ini diharapkan dapat dicarikan solusi. 

Salah satunya, alokasi sebesar 5 MMSCFD yang diperuntukan untuk kelistrikan Banggai yang belum terserap oleh PLN hingga saat ini. 

“Mari sama-sama mengatasi masalah-masalah ini, khususnya kelistrikan,” kata Longki.

Sementara itu, Bupati Banggai berjanji memberi kemudahan investasi untuk investor hulu migas. Menurutnya, adanya industri hulu migas telah berdampak positif pada perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah, khususnya Banggai. 

“Diperlukan upaya sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan stakeholder untuk lebih mengoptimalkan potensi yang ada ini,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya