PLN akan Tambah Kapasitas Pembangkit 927 MW di Tiga Provinsi

General Manager PT PLN Sulselrabar, Bob Sahril
Sumber :
  • VIVA.co.id/Yasir

VIVA.co.id – PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN kantor wilayah Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara, (Sulselrabar) berencana akan menambah kapasitas pembangkit sebesar 927 megawatt (MW) di tiga provinsi di Pulau Sulawesi. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah pelosok secara merata.

Capaian PLN 2021: Pelanggan 82,5 Juta, Rasio Elektrifikasi 99,43%

General Manager PT PLN Sulselrabar, Bob Sahril mengatakan, rencana penambahan kapasitas pembangkit itu akan direalisasikan secara bertahap, yakni pada Agustus 2017 dan 2018 mendatang.

"Kapasitas pembangkit yang akan beroperasi pada 2017 dan 2018 ini, yaitu sebanyak sepuluh unit pembangkit, yang tersebar di seluruh wilayah kita," kata Bob di kantor PLN Sulselrabar, Jalan Hertasning, Makassar, Kamis, 30 Maret 2017.

Grab Permudah Mobilisasi Karyawan PLN

Bob mengatakan, pada tahun 2017 ini, sudah ada tiga pembangkit listrik yang akan beroperasi dengan penambahan kapasitas. Pertama, di PLTD Bakaru Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, dengan daya sebesar 25 MW, dan target beroperasi pada Agustus 2017 mendatang.

Selanjutnya, untuk wilayah Kendari, Sulawesi Tenggara, penambahan kapasitas juga akan dilakukan di pembangkit Mobile Power Plant (MPP) Kendari, sebesar 50 MW dan akan beroperasi pada Juli tahun ini.

Listrik di Lokasi Gempa Pasaman Barat Hidup Lagi

"Di PLTU Jeneponto unit satu juga akan ada penambahan kapasitas pembangkit sebesar 125 MW, dan beroperasi pada November nanti," kata Bob.

Ia juga menjanjikan sepanjang 2017, akan dilakukan pengadaan mesin pembangkit baru, dengan penambahan kapasitas sebesar 67 MW dan akan beroperasi pada Juli 2017.

Proyeksi 2018

Sementara itu, proyeksi PT PLN Sulselrabar untuk 2018 mendatang, akan melakukan penambahan kapasitas pembangkit di MPP Wangi Wangi, dan di MPP Bombana Sulawesi Tenggara masing-masing 10 MW, serta MPP Kolaka Utara sebesar 5 MW.

Pembangkit MPP dinilai efisien, karena menggunakan bahan bakar dual fuel. Artinya, sebelum bahan bakar gas LNG tersedia, pembangkit sudah bisa menggunakan bahan bakar minyak.

Bob menjelaskan, jika LNG sudah tersedia, penyediaan listrik dari pembangkit tersebut akan dapat menurunkan biaya pokok penyediaan tenaga listrik di lokasi-lokasi tersebut. Hal itu, kata dia, sangat memudahkan guna mengupayakan pemerataan akses listrik di wilayah timur Indonesia, khususnya di tiga provinsi Sulselrabar.

"Penambahan kapasitas pembangkit sebesar 50 MW juga akan dilakukan di PLTU Mamuju secara bertahap. Di mana tahap pertama pada Januari (2018) yaitu sebesar 25 MW, dan pada tahap dua dengan kapasitas yang sama juga akan dilakukan pada April," ucapnya.

Sementara di PLTU Jeneponto unit 2 pada 2018, akan kembali mendapat tambahan daya sebesar 125 MW, dan diproyeksikan beroperasi pada bulan April tahun depan.

"Di PLTU Punagaya (Jeneponto) penambahan kapasitas pembangkit sebesar 100 MW pada Januari dan April (2018). Penambahan juga dilakukan di PLTU Kendari sebesar 100 MW pada April. Terakhir pada Desember 2018, penambahan kapasitas pembangkit dilakukan di Poso sebesar 70 MW," ucapnya.

Ia menjelaskan, penambahan kapasitas itu dilakukan untuk tetap meningkatkan ketersediaan pasokan listrik PLN untuk masyarakat di wilayah Sulselrabar. Pihak PT PLN, kata Bob, telah merencanakan sejumlah upaya, untuk meminimalisir keluhan masyarakat di wilayah kerjanya terkait masih banyaknya wilayah yang belum mendapat aliran listrik.

"Kendalanya tentu pasti ada, tapi upaya-upaya yang dilakukan PLN ini kan juga untuk masyarakat. Kita perlu saling mendukung," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya