KADIN: Produk Indonesia Tidak Mudah Masuk Amerika

Presiden AS, Donald Trump.
Sumber :
  • REUTERS/Yuri Gripas

VIVA.co.id – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menuding Indonesia menjadi salah satu negara dari 16 negara penyebab defisit perdagangannya. Meski begitu Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menilai, pernyataan Trump hanya bagian pencitraan, dan belum ada perubahan kebijakan perdagangan AS terhadap 16 negara tersebut.  

Donald Trump dan Kedua Anaknya Akan Diperiksa Terkait Penipuan

Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kadin Indonesia, Handito Joewono mengatakan, belum ada langkah konkret AS untuk "menekan" keenambelas negara tersebut. Hingga saat ini hambatan perdagangan produk ekspor ke AS masih sama, belum ada perubahan. Tercatat jumlah hambatan non-tarif (Non-Tariff Measures/NTMs) AS sebanyak 4.780, sedangkan Indonesia hanya 272.

"Sejauh ini belum ada perubahan hambatan untuk masuk ke pasar AS, karena memang selama ini sudah tidak mudah untuk masuk ke AS. Tapi, saat ini belum ada perubahan signifikan bersamaan dengan pernyataan Trump itu," katanya kepada VIVA.co.id pada Kamis, 6 April 2017.

Donald Trump Ambil Surat Cinta Kim Jong Un dari Gedung Putih

Menurutnya, potensi produk Indonesia masuk ke AS masih tinggi, karena aksi Trump lebih sebagai strategi untuk menggaet pasar ekspornya. 

"Trump ingin memberikan motivasi kepada pengusaha-pengusaha dalam negerinya. Ayo serbu lagi pasar luar negeri. Dia ingin mengatakan demikian. Bangkit-lah ekonomi AS, bangkit kan enggak mungkin dikonsumsi sendiri, tapi harus dikirim ke luar negeri," ujarnya.

5 Fakta Tewasnya Jenderal Qassem Soleimani, Iran Akan Balas Dendam?

Ia mencontohkan salah satu komoditas/produk potensial Indonesia masuk ke AS adalah ikan dan produk perikanan. Merujuk pada data Kementerian Perdagangan, AS adalah importir ikan dan produk ikan terbesar dunia dengan persentase 85-90 persen. Pada 2016 nilai impornya mencapai US$14,6 miliar. 

Sementara pada 2016, ekspor ikan dan produk perikanan Indonesia ke sana baru senilai US$1,17 miliar. Angka ini mengalami kenaikan 1,41 persen dari 2015. Jenis ikan dan produk perikanan yang digemari di AS meliputi, udang, tuna, kepiting/rajungan. 

"Saya berkeyakinan kita bisa terus tingkatkan ekspor kita ke AS, asalkan ekspor kita dikawal oleh promotor kita di AS sana, seperti atase perdagangan, ITPC (Indonesian Trade Promotion Centre)," ucapnya. 

Dikawal dengan harus melakukan negosiasi tepat dengan Pemerintah AS, agar hambatan dagang yang dihadapi Indonesia bisa terselesaikan. Menyelesaikan masalah hambatan perdagangan seperti ini menurutnya, perlu keterlibatan pemerintah lebih intensif, tidak dapat diselesaikan hanya melalui pengusaha.

Kementerian Perdagangan mencatat, komoditas utama non-migas Indonesia yang diekspor ke AS pada 2016, meliputi tekstil dan produk tekstil (TPT) senilai US$3,82 miliar, karet dan produk karet senilai US$1,63 miliar, berkakas elektronik senilai US$1,45 miliar, alas kaki senilai US$1,29 miliar, lalu produk kayu, pulp dan furnitur senilai US$920 juta.

Sedangkan komoditas utama non-migas yang diimpor dari AS adalah kedelai senilai US$947,2 juta, kapas senilai US$307,1 juta, gandum US$230,8 juta, dan pakan ternak US$211,7 juta. 

Selama 2016, total ekspor Indonesia ke AS baik migas dan non-migas senilai US$16,140 miliar dan impor senilai US$7,298 miliar. Maka, terdapat selisih angka US$8,842 miliar yang menjadi surplus kepada Indonesia, tapi defisit terhadap AS. 

Dibandingkan pada 2015, surplus Indonesia dengan AS mengalami kenaikan, meski total ekspor Indonesia pada 2016 menurun. Pada 2015, total produk ekspor Indonesia senilai US$16,240 miliar, sedangkan total impor Indonesia dari AS senilai US$7,593 miliar. Sehingga, diperoleh US$8,647 miliar surplus Indonesia atau defisit bagi AS. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya