ADB: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Ini 5,1%

Suasana di jalanan Jakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Bank Pembangunan Asia atau ADB kembali proyeksikan ekonomi Indonesia pada 2017 tumbuh sebesar 5,1 persen dan 2018 sebesar 5,3 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut masih ditopang oleh peningkatan investasi swasta dan ekspor. Selain itu, belanja infrastruktur publik yang semakin tinggi juga ikut menopang tumbuhnya ekonomi 2017 dan 2018.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Kepala Perwakilan ADB di Indonesia, Winfried Wicklein mengatakan berkat investasi dan perdagangan yang kembali membaik pada tahun ini dan 2018 nanti, Indonesia akan mendapatkan momentum lebih untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

“Untuk mencapai jalur pertumbuhan yang berkelanjutan ke depannya, juga diperlukan upaya berkesinambungan untuk terus memperbaiki infrastruktur, memperdalam reformasi struktural, dan mengatasi kesenjangan keahlian,” Jelas Winfried dalam keterangannya, Kamis 6 April 2017.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Selain itu, pada tahun ini ADB juga memperkirakan pengeluaran rumah tangga juga akan meningkat, dibantu oleh pulihnya harga komoditas, perluasan program dana desa dan juga peningkatan upah minimum.

Winfried mengatakan, membaiknya sejumlah indikator pendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini sangat dipengaruhi oleh kondisi internasional, seperti harga komoditas yang semakin membaik membuat prospek ekspor Indonesia diperkirakan meningkat.

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

Sementara itu, dengan adanya peningkatan permintaan domestik, impor juga diperkirakan akan tumbuh meskipun dengan laju yang lebih lambat, dan perbedaan ini diperkirakan akan secara bertahap dapat membantu menurunkan defisit transaksi berjalan. 

Sementara itu, Ia mengungkapkan selain ada potensi pertumbuhan semakin menguat, ada juga risiko yang pengaruhi proyeksi pertumbuhan tersebut. Antara lain adalah lambatnya pelaksanaan reformasi kebijakan, dan kurangnya pendapatan fiskal. 

ADB juga mengidentifikasi risiko eksternal yang berasal dari ketidakpastian atas kebijakan perdagangan di negara-negara maju, dan pemulihan ekonomi yang lebih lemah daripada perkiraan di sejumlah mitra perdagangan utama akan ikut pengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. (hd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya