Kisah Gus Dur dan Dahlan Iskan Mati-matian Bangun Bank NU

Putri Gus Dur, Yenny Wahid bertemu Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA.co.id – Almarhum Abdurrahman Wahid, alias Gus Dur pernah bermimpi punya sebuah bank untuk Nahdlatul Ulama, organisasi masyarakat yang dia pimpin pada 1990-an. Itu bagian dari gerakan ekonomi kaum sarungan.

PBNU Diminta Perbolehkan KH Miftachul Akhyar Pimpin MUI

Mimpi itu terwujud, dengan berdirinya bank bernama Nusumma. Bank itu belakangan hidup segan mati tak mau.

Cerita Nusumma itu tergerai dalam bincang santai antara putri kedua Gus Dur, Yenny Wahid, dengan mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan di Surabaya, Jawa Timur, pada Jumat kemarin, 14 April 2017.

Gara-gara Hal Ini, Nasabah Loyal BTN Meningkat 222 Persen

Bersama sang suami, Dhohir Farisi, Yenny mengunjungi Dahlan di kediamannya dan memberikan dukungan atas perkara hukum yang membelitnya.

Cerita diawali dari berdirinya Nusumma pada tahun 1990 oleh Pengurus Besar NU. Bank itu diinisiasi Ketua Umum NU kala itu, Gus Dur, dan bank Summa milik seorang konglomerat muda, ES. "Waktu itu, ada sembilan Nusumma didirikan di Indonesia," kata Dahlan.

PKB Diminta Kritisi Kerjasama PBNU-Korporasi Sawit

Dua tahun kemudian, bank yang masih bayi itu kolaps. Suatu hari, dering telepon berbunyi di rumah Dahlan. Begitu diangkat, suara di seberang ternyata Gus Dur. Waktu itu, cerita Dahlan, Gus Dur bertanya, apakah dirinya mau menaruh uang di Nusumma. "Waktu itu mau Idul Fitri," ujarnya.

Tawaran itu diajukan Gus Dur kepada Dahlan disertai alasan. "Tujuannya, agar warga NU yang menabung di Nusumma bisa mengambil uang untuk Lebaran," kenang Dahlan.

"Saya sami'na wa atho'na (mengiyakan) saja sama Gus Dur. Beliau bilang uang akan dikembalikan setelah Lebaran,".

Dahlan menyanggupi dan memasukkan uangnya di Nusumma Rp6 miliar. Beberapa bulan kemudian Gus Dur menelepon lagi, mengatakan tidak bisa mengembalikan uang itu. Sebagai gantinya, Dahlan ditawari saham dan jadi Direktur Utama Nusumma. "Saya setuju, asal Gus Dur jadi komisaris utama," ujar Dahlan.

Di tangan Dahlan, Nusumma merangkak naik. Jelang reformasi, pemegang saham lama, ES, ingin jadi pemegang saham lagi. "Gus Dur telepon lagi, boleh tidak saya kembalikan saham. Saya sami'na wa atho'na lagi sama Gus Dur. Saya memang tidak mau jadi pemegang saham, atau dirut," kata Dahlan.

ES dan Dahlan lalu bertemu. Selembar cek diterima oleh jurnalis senior itu dari ES, tetapi belakangan ada masalah dan tidak selesai betul hingga sekarang. Dahlan mengaku tidak mempersoalkan itu. "Cuma saya bertanya, kenapa Nusumma tidak bisa berkembang," ujar Dahlan.

Cerita itu diutarakan Dahlan kepada Yenny dan Dhohir, karena keduanya kini yang mengurusi Nusumma. Pasangan suami-istri itu mati-matian memperjuangkan bank kembang-kempis tersebut, karena di antaranya, ditinggali utang semasa dipegang ES. "Tetapi, di Jawa Tengah Nusumma sekarang sudah kuat," kata Dhohir kepada Dahlan. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya