Taipan Prajogo Pangestu Ekspansi ke Panas Bumi

Prajogo Pangestu
Sumber :
  • Forbes

VIVA.co.id – PT Barito Pacific Tbk (BRPT) memperkuat fokus bisnisnya dengan berekspansi ke sektor pembangkit listrik geothermal. Hal itu setelah perseroan mengakuisisi mayoritas saham Star Energy Group Holdings Pte Ltd (SEGHL).

Mengintip Kendala Pengembangan Potensi Panas Bumi di RI

Mengutip keterbukaan Informasi, akuisisi Star Energy, perusahaan milik taipan Prajogo Pangestu telah menandatangani supplemental memorandum of understanding (MoU) dengan dua pemegang saham SEGHL, yakni Star Energy Investment Ltd dan SE Holdings Limited.

Transaksi tersebut merupakan transaksi afiliasi, sebab Barito Pacific, Star Energy Investment Ltd dan SE Holdings Limited dipegang olah orang yang sama yaitu Prajogo Pangestu. BRPT sudah membayar uang muka sebesar US$58,60 juta yang diambil dari fasilitas pinjaman Bangkok Bank Public Company Limited senilai US$60 juta pada 21 Desember lalu. 

PLTGU Jawa 2 Tambah Pasokan Listrik 300 MW ke Jakarta

Selain itu, perseroan  juga akan menjaminkan 850 juta saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) untuk mendapatkan pinjaman sekitar US$300 juta dari sindikasi bank.

Sebagaimana diketahui, BRPT telah memperoleh fasilitas pinjaman sebesar US$250 juta dari Bangkok Bank Public Company Limited.Perjanjian fasilitas pinjaman tersebut telah ditandatangani kedua pihak pada 24 Maret 2017.

Akhir Juli Jokowi Dijadwalkan Resmikan PLTP Sarulla

Dengan masuknya ?Star Energy Group Holdings Pte Ltd (SEGHL) ke Barito Pacific dan melebur jadi satu, menurut Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang, maka menjadikan bisnis BRPT lebih kuat. Dengan begitu sumber pendapatan ke perseroan menjadi lebih beragam, yakni dari sektor pembangkit listrik panas bumi dan petrokimia.

Saat ini, BRPT merupakan pemegang saham pengendali  di TPIA, yang selama ini menjadi penopang utama kinerja bisnis dan saham perseroan.? Sebagaimana diketahui, tiap tahunnya Chandra Asri memperoleh kinerja yang positif. Pada tahun 2016, laba bersih TPIA mencapai US$300 juta, atau naik seribu persen dari posisi laba US$26,33 juta.

Lanjut Edwin, ketika BRPT, Star Energy dan TPIA bergabung menjadi satu untuk fokus dalam mengelola geothermal, maka bisa membangun pembangkit listrik di Indonesia dari sumber alternatif, selain yang sudah ada saat ini.

"Secara profit semakin bagus. Karena revenue akan semakin besar, dan net profit akan semakin besar. Karena akan semakin bagus. Kalau kita lihat semua masuk, ada Chandra Asri, Star Energy, di bulan September atau Oktober, masuk ke BRPT, harusnya harga wajar BRPT di bursa sekitar Rp6.000 per saham," kata Edwin di Jakarta, 27 April 2017.

Sementara itu, Analis Senior dari Binaartha Sekuritas Reza Priyambada berpendapat, jikalau melihat BRPT mengakuisisi Star Energy, dapat dipastikan transformasi bisnis yang dilakukan Barito akan sukses. 

"Dari perkayuan ke sumber daya alam dia ke arah bahan dasar karet sintetis. Dengan masuknya Star Energy akan masuk bisnis energi. Maka menambah added value. Saham Star Energy ke BRPT maka akan lebih solid," terang Reza.

Ke depan, Reza menyebutkan, pelaku pasar tetap optimis dengan kinerja saham BRPT. Namun, lebih optimis ketika Star Energy meraih nilai kontrak yang nyata untuk dijalankan pada tahun ini maupun yang akan datang.

"BRPT setelah Star Energy masuk bisa bekerjasama dengan PLN untuk satu tahun depan, paling tidak bisa sudah mengamankan revenue. Star Energy kan cukup besar. Dengan masuknya Star Energy, maka target harga beli untuk pelaku pasar di hari ini sebesar Rp4.000 per saham. Ini kan pasar diperkirakan akan merespons baik, setelah tuntas akuisisi," tuturnya. (hd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya