RI Bisa Petik Tiga Hal Ini Hadapi Ekonomi 2017

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA.co.id – Bank Indonesia (BI) memandang belum stabilnya perekonomian global yang berimbas pada ekonomi Indonesia sepanjang 2016 menjadi tantangan dan masih berlanjut hingga tahun ini.

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Namun, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, setidaknya terdapat tiga pelajaran penting yang bisa dipetik dari tantangan dan dinamika perekonomian sepanjang 2016.

Menurutnya, persoalan utama yang menghambat pertumbuhan ekonomi domestik adalah ketidakpastian pasar keuangan, pertumbuhan ekonomi dunia dan harga komoditas yang masih rendah.

BI Fast Payment, Jawaban untuk Kebutuhan Transaksi Murah

"Pertumbuhan ekonomi dunia 2016 masih belum cukup kuat dan lebih rendah dari 2015. Konsolidasi ekonomi masih melambat. Harga komoditas masih melemah hingga kuartal III 2016. Ada kenaikan the fed dan dipersulit dengan referendum yang memicu ketidakpastian. Lalu ada pemilihan Presiden AS yang di luar perkiraan," ujar Agus di gedung BI Jakarta, Kamis, 27 April 2017.

Ia menjelaskan, hal tersebut berdampak pada kinerja korporasi dan risiko kredit yang meningkat serta permintaan kredit yang turun. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/ NPL) hingga akhir 2016 tercatat sebesar 2,9 persen (gross) dan 1,2 persen (net). 

Cadangan Devisa RI Februari 2022 Naik Tipis, Ini Pendorongnya

Sementara pertumbuhan kredit diakhir 2016 tercatat sebesar 7,9 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar 10,5 persen.

Kendati demikian, kata Agus, dari berbagai tantangan tersebut setidaknya ada tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

"Pertama, respons bauran kebijakan makro ekonomi secara disiplin jadi kunci mendorong ekonomi. Kedua, koordinasi sinergi kebijakan hingga daerah terbukti tingkatkan fleksibilitas ekonomi. Terakhir, dinamika ekonomi domestik tunjukkan pentingnya diversifikasi ekonomi," tuturnya.

Sebagai informasi, berbagai kebijakan Pemerintah dan BI baik sisi fiskal maupun moneter telah dilakukan demi menjaga pertumbuhan ekonomi dari berbagai tantangan. Dari sisi fiskal misalnya pemerintah memperkuat belanja pada sektor produktif. Selain itu, pemerintah juga mengoptimalkan program amnesty pajak.

Sementara pihak BI melakukan reformulasi kebijakan moneter dengan cara mengubah BI Rate jadi BI 7- day repo rate dan kebijakan transaksi lindung nilai. Kemudian stabilisasi nilai tukar rupiah, memperkuat kewajiban penggunaan rupiah dan pelonggaran Loan to Value

"Selain itu, penguatan koordinasi juga dilakukan dengan menjaga stabilitas sistem keuangan. Pengesahan UU pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan. Dengan bauran kebijakan itu, Indonesia dapat mitigasi risiko. Pertumbuhan ekonomi 2016 tetap lebih baik. Inflasi terjaga, defisit menurun dan nilai tukar yang terkendali," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya