- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Bank Indonesia menilai posisi nilai tukar rupiah atas dolar AS saat ini sudah mencerminkan nilai fundamentalnya. Stabilitas beberapa indikator perekonomian nasional, seperti perkembangan Indeks Harga Konsumen, sampai dengan pertumbuhan ekonomi memegang peranan penting, dalam memengaruhi gerak mata uang Garuda.
“Sekarang sudah mencerminkan fundamentalnya, dan itu ada di kisaran Rp13.200 - Rp13.400. Kami akan lihat ke depan,” jelas Gubernur BI, Agus Martowardojo, saat ditemui di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis 27 April 2017.
Otoritas moneter mencatat, arus modal asing yang masuk ke Indonesia sejauh ini telah mencapai US$5,3 miliar. Derasnya aliran dana yang masuk, ditegaskan Agus, telah berhasil membuat rupiah terapresiasi sebesar 1,09 persen sepanjang kuartal pertama tahun ini. Ini pun menjadi bukti perekonomian Indonesia dalam kondisi aman.
Menurut mantan Menteri Keuangan tersebut, volaitiltas terhadap mata uang Garuda pada tahun ini jauh lebih rendah dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Pada waktu itu, volatilitas rupiah bisa mencapai 18 persen, sementara pada tahun ini, justru hanya dua sampai tiga persen.
Maka dari itu, bank sentral pun akan membiarkan gerak rupiah sesuai dengan mekanisme pasar. Namun, Agus memastikan, BI tidak akan segan-segan melakukan intervensi di pasar, apabila volatilitas yang terjadi justru melempar rupiah dari fundamental ekonomi yang sebenarnya.
“Kami dari BI ingin membiarkan terjadinya flexible exchange rate, karena kamu mau exchange rate mencerminkan fundamental ekonomi. Tapi kalau volatilitas tinggi, kita tidak perkenankan,” katanya.
Sebagai informasi, berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate BI, rupiah pada hari ini berada di posisi Rp13.299 per dolar AS, melemah 21 poin dibandingkan posisi kemarin, Kamis 27 April 2017 yang tercatat senilai Rp13.278 per dolar AS. (ren)