Rupiah Kini Lebih Perkasa Sesuai Fundamental RI

Nilai tukar Rupiah
Sumber :
  • ANTARA/Zabur Karuru

VIVA.co.id – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, hari ini dibuka melemah. Berdasarkan kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia, rupiah berada di posisi Rp13.355 per dolar AS, melemah Rp38 dibandingkan posisi kemarin, Selasa 9 Mei 2017, yakni di level Rp13.317 per dolar AS.

Rupiah Mulai Menguat ke Level Rp 16.172 per Dolar AS

Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede, saat berbincang dengan VIVA.co.id menilai, gerak mata uang Garuda masih lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal. Salah satunya, hasil pemilu Prancis, yang justru mendorong mata uang Euro melemah, dan pada akhirnya membuat mata uang dolar Paman Sam menguat.

“Penguatan dolar, juga didukung dari statement para pejabat The Fed yang semakin mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga pada Juni besok,” kata Josua, Rabu 10 Mei 2017.

Rupiah Sentuh Rp 16.128 per Dolar AS, Airlangga: Sedikit Lebih Baik dari Malaysia dan China 

Ia menjelaskan, rupiah bukanlah satu-satunya mata uang yang mengalami pelemahan, imbas dari menguatnya dolar AS. Mata uang negara-negara lain di kawasan Asia seperti Yen Jepang, dan Rupee India, pada akhir penutupan perdagangan kemarin justru terdepresiasi lebih dalam. 

Meksipun sempat terjadi gejolak politik, Josua menegaskan, kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia masih cukup tinggi. Hal tersebut, tercermin dari masih derasnya arus modal asing yang masuk ke dalam negeri, baik itu yang masuk melalui pasar saham maupun pasar obligasi.

Loyo, Rupiah Dibuka Melemah Jelang Libur Lebaran Idul Fitri

Net foreign buy di pasar saham secara month to date dibandingkan April itu Rp3,8 triliun. Sementara, year to date, itu Rp26 triliun. Inflow masih kuat,” katanya.

Kendati demikian, Josua menggaris bawahi, peringkat layak investasi yang diharapkan dari Standard and Poor’s bisa menjadi salah satu daya gedor untuk meningkatkan arus modal asing. Dengan peringkat tersebut, tentu Indonesia bisa semakin dipandang sebagai destinasi menarik menempatkan modal.

Lantas, apakah gerak rupiah di kisaran Rp13.300 sudah sesuai dengan fundamental?

Apabila dibandingkan dengan tahun 2015-2016, laju nilai tukar rupiah pada saat ini memang relatif stabil. Selain karena arus modal yang masuk, kondisi tersebut juga ditopang dari kebutuhan dolar AS di dalam negeri yang cenderung menurun dibandingkan periode dua tahun sebelumnya.

“ULN (Utang Luar Negeri) menurun. Permintaan dolar, sekarang hanya kebutuhan impor atau dividen. Saya kira, implementasi PBI (Peraturan BI) sudah cukup berhasil, meskipun disatu sisi BI berupaya menstabilisasi rupiah,” kata Josua.

Bank sentral, ditegaskan Josua, tentu akan menjaga gerak mata uang Garuda sesuai dengan fundamentalnya. Dengan demikian, sentimen eksternal maupun dalam negeri yang berpotensi menyebabkan keluarnya arus modal pun tidak akan berdampak signifikan terhadap mata uang Garuda.

Deputi Gubernur BI Sugeng sebelumnya mengakui, bank sentral akhir-akhir ini menahan laju rupiah agar tidak terlalu menguat. Selain untuk menjaga aktivitas perdagangan nasional, langkah tersebut pun diharapkan meminimalisir dampak yang bisa berpengaruh terhadap rupiah.

“Kami akhir-akhir ini menahan rupiah, agar tidak terlalu kuat. Mudah-mudahan ini meyakinkan investor, bahwa Indonesia melakukan langkah-langkah terukur untuk meningkatkan fundamentalnya,” jelasnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya