Kesepakatan OPEC Terancam Gagal, Harga Minyak Dunia Melorot

Markas Besar OPEC.
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id – Harga minyak pada hariini kembali meluncur dari sesi sebelumnya, dilanda kekhawatiran bahwa keretakan politik antara Qatar dan beberapa negara Arab akan merongrong negara-negara ekportir minyak mentah (OPEC) untuk mengencangkan pasokan pasar.

Harga Minyak Dunia Naik Buntut Konflik Israel-Iran, Pertamina Pastikan Harga BBM Tak Naik

Dilansir dari Reuters, Selasa 6 Juni 2017, peningkatan produksi minyak AS juga menyeret harga patokan minyak mentah dunia. 

Harga minyak mentah Brent diperdagangkan pada US$49,15 per barel, turun 32 sen atau 0,65 persen dari penutupan kemarin. Hingga saat ini Brent telah turun lebih dari 8 persen sejak 25 Mei, dipicu sebuah kebijakan yang dipimpin OPEC untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak dunia hingga kuartal pertama 2018.

Bea Cukai Layani Ekspor Minyak Mentah Asal Ambon

Sementara itu, minyak mentah berjangka A.S. West Texas Intermediate (WTI) CLc1 telah turun 32 sen atau 0,7 persen menjadi US$47,08 per barel. Atau turun lebih dari 7,5 persen sejak 25 Mei.

Seperti diketahui, negara-negara Arab memutuskan hubungan dengan secara resmi dengan Qatar kemari. negara itu dituduh mendukung dan mendanai aksi militan Islam dan Iran.

Bea Cukai Ambon Layani Ekspor Minyak Mentah Kalrez Petrolium pada Momen Natal 2023

Langkah-langkah yang dilakukan termasuk menutup hubungan transportasi dengan Qatar dan mencegah kapal-kapal yang datang dari atau menuju ke negara kecil yang semenanjung. 

Penutupan tersebut termasuk pelabuhan dan docking area Fujairah, di Uni Emirat Arab, yang digunakan oleh kapal tanker minyak dan gas alam cair (LNG) Qatar untuk mengambil bahan bakar pengiriman yang dilakukan. 

Dengan kapasitas produksi sekitar 600 ribu barel per hari (bpd), Qatar adalah salah satu negara Arab yang terkecil produksinya di antara negara-negara OPEC. Namun, ketegangan yang terjadi dapat melemahkan kesepakatan membatasi pasokan yang ditujukan untuk mendongkrak harga harga.

"Risiko potensial untuk dipantau mungkin karena Qatar akan menganggap ini sebagai dorongan yang kurang untuk mematuhi kuota produksi yang disepakati," kata Analis FXTM, Jameel Ahmad. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya