Garam Langka di Malang, Harganya Naik Hingga 300 Persen

Persediaan garam di Malang.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Lucky Aditya.

VIVA.co.id – Sejak 10 hari terakhir keberadaan garam halus beryodium dan garam kasar beryodium di Kota Malang, Jawa Timur, mengalami kelangkaan. Bahkan, stok garam di tingkat pedagang mengalami kekosongan sejak satu pekan terakhir. 

Pasar Oro-oro Dowo, Satu-satunya Pasar Ber-SNI Bayarnya Non Tunai

"Kita kesusahan cari garam, kita sudah cari distibutor lain tidak ada semua bilang kosong. Semua jenis garam kosong baru kali ini saya kekurangan stok garam selama berjualan hampir 10 tahun lebih," kata Muhamad Sulkan, salah satu pedagang di Pasar Besar Kota Malang, Selasa, 11 Juli 2017. 

Akibat pasokan garam yang minim, harga bahan pengasin itu pun melambung dari Rp1.500 menjadi Rp5.000 untuk garam halus. Sedangkan garam kasar dari Rp2.500 menjadi Rp6.000. 

Tinggal Sendirian, Nenek 99 Tahun Tertimpa Reruntuhan Rumah

Dentra Putra salah satu pedagang lainnya mengatakan, meski mahal garam justru menjadi buruan pembeli yang didominasi pedagang makanan. Penjualan tidak sebanyak biasanya karena stok yang minim. Namun, garam yang ada langsung dibeli oleh konsumen. 

"Harga ada kenaikan kita nunggu dari distributor juga susah stok kosong sejak setelah lebaran. Penjualan susah karena ada penurunan kiriman barang. Tapi barang datang langsung cepat laku karena yang cari garam banyak," ujar Dentra. 

Angin Kencang di Batu Malang, 1 Warga Tewas Ratusan Mengungsi

Kepala Dinas Perdagangan Kota Malang Wahyu Setianto membenarkan jika pasokan garam langka di pasaran Kota Malang. Kelangkaan terjadi setelah lebaran, hampir disemua pasar di Kota Malang mengalami kelangkaan. 

"Kita sudah melakukan pemantauan ke beberapa pasar memang langka. Saat ini kita sedang mempertanyakan ke distributor penyebab kelangkaan. Karena aneh jika Indonesia yang dikelilingi lautan garam kok justru langka," papar Wahyu. 

Menurut Wahyu kenaikan harga garam membuat konsumen beralih mengkonsumsi garam kasar karena harga yang lebih murah. Meski dari segi kesehatan kurang baik karena tidak beryodium. 

"Karena garam halus yang beryodium langka pedagang menjual garam kasar karena pedagang pun juga mencari garam kasar yang harganya lebih murah," ucap Wahyu. 

Wahyu memaparkan pihaknya sempat bertemu dengan pengunjung pasar. Menurut Wahyu konsumen jarang mengkonsumsi garam, dan tidak begitu mempermasalahkan soal kenaikan harga garam. 

"Memang kenaikan tidak begitu banyak sekitar Rp3.000 hingga Rp4.000. Namun dampak dari kelangkaan yang kasihan justru pedagang garam yang karena belinya mahal jualannya pun juga mahal," kata Wahyu. (ren)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya