Riset Google: Nasabah Indonesia Makin Pintar

Seorang nasabah menggunakan fasilitas e-banking di Jakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA – Nasabah industri keuangan di Indonesia rata-rata dianggap semakin pintar. Hal tersebut terungkap dari riset baru Google tentang industri keuangan Indonesia dan cara nasabah mencari dan memilih produk keuangan.

Kasih Penghargaan Lewat Metode E-Voting

Hasil riset yang bertajuk “Think Finance” itu memberikan gambaran umum tentang proses kompleks yang dilalui nasabah sebelum akhirnya melakukan pembelian. 

Riset itu menunjukan bahwa 74 persen nasabah produk keuangan Indonesia melakukan riset online sebelum menentukan pilihan. Sementara waktu rata-rata dari pertama kali terpikir sampai akhirnya membeli produk adalah 26 hari. 

KSSK Uji Ketahanan Sistem Keuangan RI, Ini Hasilnya

"Mereka cenderung tidak mencari informasi di situs perusahaan keuangan," tulis riset Google tersebut.

Alasan utama nasabah RI mengambil pinjaman antara lain keadaan darurat (37 persen), dan peristiwa besar dalam hidup seperti menikah atau memiliki bayi (26 persen). Berdasarkan fakta tersebut, hal yang wajar jika nasabah RI mempertimbangkan opsi pengambilan pinjaman yang ada secara cermat.

Transaksi Pinjol Diproyeksi Bakal Meroket pada Tahun Politik Pemilu 2024

"Orang Indonesia mengajukan rata-rata 11 pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang mereka butuhkan," tambahnya. 

Nasabah RI juga diketahui meminta referensi baik offline maupun online dalam melakukan riset, salah satunya melalui pencarian Google. Setidaknya separuh (54 persen) dari responden orang Indonesia mengatakan bahwa mereka mencari informasi untuk membantu menyaring opsi dan menemukan fitur terbaik.

Riset itu juga mengungkap bahwa orang Indonesia setelah mengambil pinjaman, masih ingin membaca ulasan dan mengetahui pendapat teman tentang produk yang mereka pilih.

Setidaknya 7 dari 10 orang (72 persen) membuat ulasan, dan rekomendasi online. sedangkan empat dari 10 orang (42 persen) melakukan riset lebih lanjut setelah mengambil pinjaman.

Sebagai informasi, survei ini dilakukan melalui wawancara dengan 501 orang Indonesia pengguna internet yang mengambil pinjaman pribadi, atau mendaftar kartu kredit dalam satu tahun ke belakang. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya